January 2023

30 January 2023

Lansia Desa di Tengah Bonus Demografi


 

lan
Lansia Desa

Indonesia kini tengah menikmati bonus demografi, sebuah masa emas di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) mendominasi jumlah populasi. Namun, di balik peluang besar ini, ada tantangan yang tak kalah penting, yaitu peningkatan jumlah lansia, terutama di pedesaan. Menurut data yang dipaparkan dalam artikel Detik, penuaan penduduk sudah menjadi tren yang tak terhindarkan di Indonesia. Hal ini menuntut perhatian serius agar para lansia, khususnya di desa, tidak terjebak dalam lingkaran kemiskinan dan keterbatasan akses layanan.

Lansia di Desa
Lansia di desa menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan dengan mereka yang tinggal di perkotaan. Sebagian besar lansia di pedesaan menggantungkan hidup pada sektor pertanian yang hasilnya sering kali tidak menentu. Selain itu, akses terhadap layanan kesehatan, pendidikan, dan ekonomi juga masih terbatas. Dalam laporan Purworejo24: terungkap bahwa beberapa desa mulai mengambil inisiatif untuk memberdayakan para lansia, salah satunya melalui pendirian sekolah lansia pertama di Purworejo. Program seperti ini memberikan harapan baru bagi lansia untuk tetap aktif, belajar, serta berkontribusi di masyarakat.  

Namun, jumlah program seperti ini masih sangat terbatas. Sebagian besar desa belum memiliki program strategis untuk meningkatkan kualitas hidup lansia. Padahal, data menunjukkan bahwa lansia yang tidak diberdayakan cenderung terjebak dalam kemiskinan. Media Detik juga menyoroti fakta bahwa sebagian besar lansia di Indonesia tidak memiliki tabungan pensiun atau jaminan sosial yang memadai. Akibatnya, mereka sangat rentan terhadap tekanan ekonomi, terutama di usia yang sudah tidak produktif.  

Tantangan
 
Meski tantangan lansia di desa begitu besar, peluang untuk meningkatkan kualitas hidup mereka juga terbuka lebar. Salah satu peluang terbesar adalah mengembangkan pasar produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Artikel dari media Kontan menyebutkan bahwa pasar produk untuk lansia, seperti makanan sehat, alat bantu kesehatan, hingga fasilitas rekreasi, masih memiliki potensi besar untuk digarap. Pengembangan pasar ini tidak hanya meningkatkan perekonomian daerah, tetapi juga membantu lansia menjalani hidup yang lebih produktif dan bermartabat.  

Selain itu, desa-desa dapat memanfaatkan sumber daya lokal untuk memberdayakan lansia. Misalnya, program pelatihan keterampilan ringan seperti kerajinan tangan, pengelolaan hasil tani, atau usaha mikro yang tidak membutuhkan tenaga fisik berat. Dengan begitu, lansia tetap bisa mandiri secara finansial tanpa harus meninggalkan desa mereka.  

Langkah Strategis ke Depan  
Untuk menghadapi tantangan penuaan penduduk di desa, dibutuhkan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Pemerintah dapat memperluas program jaminan sosial bagi lansia, sementara masyarakat desa bisa mulai membangun komunitas yang lebih inklusif bagi lansia. Di sisi lain, sektor swasta dapat membantu dengan mengembangkan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan lansia, seperti yang disarankan oleh media Kontan.  

Selain itu, inisiatif seperti sekolah lansia di Purworejo patut dijadikan inspirasi bagi desa-desa lain. Program ini tidak hanya meningkatkan kualitas hidup lansia, tetapi juga menciptakan ruang bagi mereka untuk tetap merasa dihargai dan diakui. Bonus demografi memang memberikan peluang besar bagi Indonesia, tetapi kita juga harus bersiap menghadapi era penuaan penduduk. Dengan langkah yang tepat, desa-desa di Indonesia dapat menjadi tempat yang ramah dan mendukung bagi lansia untuk menjalani masa tua yang sejahtera.
 
sumber berita: detikkontanpurworejo

08 January 2023

Larangan Baru Rokok


rok
Rokok Larangan

 

Presiden Jokowi :
Ya, (rencana larang penjualan rokok batangan) itu kan untuk menjaga kesehatan masyarakat kita semuanya.

Ketua YLKI Tulus Abadi :
Hal ini merupakan salah satu cara pengendalian yang efektif untuk menurunkan prevalensi merokok di Indonesia khususnya di kalangan rumah tangga miskin, anak anak dan remaja.

Ketua Gaprindo Benny Wahyudi :
Hingga saat ini larangan penjualan rokok batangan masih belum ada.

Ketua Umum Komite Ekonomi Rakyat Indonesia  Ali Mahsum :
Rencana larangan jual rokok batangan akan berdampak signifikan pada kelangsungan hidup jutaan pedagang kecil ini dinilai tidak adil. Usulan itu dia sebut dapat merenggut hak warga negara.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat prevalensi merokok di kalangan anak-anak berusia 18 tahun ke bawah terus merosot dalam lima tahun terakhir.  Pada tahun 2022, terdapat 3,44 persen anak berusia 18 tahun ke bawah yang merokok. Presentase ini turun secara konsisten dibandingkan pada tahun 2018 yang bahkan mencapai 9,65 persen.

Tim Peneliti Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU) melakukan survei tentang jumlah pelajar yang merokok di Kota Tebing Tinggi. Hasilnya diketahui bahwa adanya iklan dan penjual rokok mempengaruhi keinginan pelajar merokok. Riset dilakukan di 32 sekolah (SMA dan SMP) di Tebing Tinggi dengan melibatkan 2.340 siswa sebagai responden.
 
Indonesia masuk juara dengan jumlah perokok terbanyak di dunia. Jumlah perokok muda dan anak terus bertambah, seiring meninggal dan sakitnya perokok dewasa. Untuk mengendalikan masifnya perokok muda, maka pemerintah menetapkan aturan zona larangan penjualan rokok dalam Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Peraturan Pelaksanaan UU No.17/2023 tentang Kesehatan atau RPP Kesehatan. rencana zona larangan rokok itu tertuang dalam pasal 434 ayat 1 huruf (e) yang menyatakan bahwa setiap orang dilarang menjual produk tembakau dan rokok dalam radius 200 meter dari satuan pendidikan (sekolah) atau tempat bermain anak.

sumber berita : kumparan , republika, merdeka, detik, bisnis


01 January 2023

Jelang Krisis Ekonomi 2023


 
eko
Krisis 2023


Forbes memperkirakan badai resesi (di USA akan tiba pada akhir 2023 atau awal 2024. Pasalnya The Fed menaikkan suku bunga secara agresif sepanjang 2022 untuk menurunkan lonjakan inflasi. Data tahun 1980-an : Langkah pengetatan kebijakan moneter, termasuk memperketat jumlah uang beredar secara signifikan, dianggap berhasil menurunkan inflasi. Dengan membayar ongkos yaitu resesi ekonomi.

Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi global akan mencapai 6,5% tahun depan, turun dari 8,8% pada 2022. Ongkos-nya adalah pertumbuhan ekonomi akan melambat tajam seiring dengan kenaikan suku bunga. Secara angka IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh hanya 2,7% pada 2023, turun dari 3,2% pada 2022.

Seorang Ekonom pemenang Nobel, Joseph Stiglitz, meramalkan bahwa sistem perbankan internasional bangkrut. Di tahun 2018, banyak bank terkemuka dunia menghadapi masalah keuangan besar. Ini termasuk bank di negara maju dan berkembang. Dia mendasarkan kesimpulan ini pada analisis neraca konsolidasi bank. Belakangan ini sudah mulai terlihat bahwa Perusahaan lebih focus pada program Cut Cost pada biaya operasional dari pada membelanjakan uangnya untuk tetap memastikan sumber sales dan pengembangan usahanya.

Gejala utama resesi adalah rendahnya pertumbuhan ekonomi dan tingginya inflasi, diikuti dengan PHK. Banyak negara memerangi potensi resesi melalui bauran kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Namun, banyak kebijakan Bank Sentral dan kebijakan fiskal pemerintah yang tidak sejalan. Para Analis Dunia sampai pada kesimpulan bahwa, resesi atau tidak, ekonomi akan sulit di tahun 2023.

JP Morgan dalam outlook-nya menyebut bahwa pertumbuhan ekonomi di negara maju, akan berdampak signifikan terhadap aktivitas masyarakat jika inflasi tak berhasil ditekan. Kendati demikian, jika inflasi berhasil ditekan, maka bank sentral akan berhenti menaikkan suku bunga, dan risiko resesi terjadi sangat kecil.

Mungkin, mirip dengan kondisi 2008, ada krisis ekonomi.
Sepantasnya kita berharap (dengan optimis) bahwa krisis tahun 2023 'hanya' sedikit lebih hebat dari krisis ekonomi tahun 2008. 

sumber berita
kumparan
detiknews
cnbcindonesia