August 2023

17 August 2023

Percaya Tuhan


 

twi
Masyarakat Percaya Tuhan

 
Hingga saat ini, 27 Jul 2023 04.53 WIB, 8.6 Juta akun yang melihat di Twitter unggahan (masyarakat yang percaya pada Tuhan sebagai sosok yang paling tinggi) dari akun World of Statistics yang mungunggahnya pada Selasa, 25 Juli 2023. masyarakat yang percaya pada Tuhan sebagai sosok yang paling tinggi.

Data ini hasil dari Survei yang dilaksanakan secara global pada September 2010 di 23 negara. Diikuti oleh 18.531 responden berusia 16-64 tahun.

Indonesia menduduki peringkat satu dengan jumlah persentase sebanyak 93%. Kemudian diikuti  Turkey 91% dan Brazil: 84%. Diketahui 70% responden yang berasal dari Amerika Serikat dijelaskan percaya pada Tuhan dan iman yang dipegangnya.

sumber data :
twitter
World of Statistics
 
 
 
 

 

10 August 2023

Pelajar Indonesia Gemar Merokok


 

pel
Pelajar Merokok

Masalah merokok di kalangan pelajar Indonesia menjadi isu yang kian mengkhawatirkan. Berdasarkan laporan dari Kompas: sebanyak 5,7 juta pelajar di Indonesia pernah merokok, dan angka ini mencakup pelajar usia sekolah dasar hingga menengah atas. Statistik ini menunjukkan bahwa kebiasaan merokok bukan lagi masalah yang hanya terjadi pada orang dewasa, tetapi telah merambah ke usia muda, bahkan anak-anak. Fenomena ini memunculkan pertanyaan besar: mengapa pelajar Indonesia gemar merokok, dan apa yang bisa dilakukan untuk menghentikan tren ini?

Faktor Penyebab Pelajar Merokok  
Ada banyak alasan mengapa pelajar di Indonesia terjerumus dalam kebiasaan merokok. Salah satu penyebab utama adalah mudahnya akses terhadap rokok. Harga rokok yang relatif murah dan penjualan yang masih longgar membuat rokok sangat mudah didapatkan, bahkan oleh anak-anak. Laporan dari Antara juga menyoroti kurangnya penegakan aturan terkait larangan penjualan rokok kepada anak di bawah umur.  

Selain itu, pengaruh lingkungan, seperti keluarga, teman sebaya, dan media, memainkan peran besar. Pelajar yang tumbuh di lingkungan di mana merokok dianggap “biasa” cenderung lebih rentan untuk mencoba kebiasaan ini. Iklan rokok yang secara tidak langsung menggaungkan citra “keren” atau “dewasa” juga berkontribusi terhadap meningkatnya minat pelajar untuk merokok.  

Di sisi lain, kurangnya edukasi tentang bahaya merokok di sekolah juga menjadi tantangan. Banyak pelajar tidak sepenuhnya memahami risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh rokok, mulai dari penyakit paru-paru hingga gangguan jantung. Menurut Antara, edukasi tentang bahaya merokok harus dimulai sejak dini agar pelajar lebih sadar akan dampak buruknya.  

Peran Sekolah dalam Mengatasi Masalah Merokok  
Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk pola pikir dan kebiasaan pelajar. Ketika ditemukan bahwa ada siswa yang merokok, sekolah seharusnya tidak hanya memberikan hukuman, tetapi juga mendekati siswa dengan pendekatan edukatif. Artikel dari Tribun menyebutkan bahwa pihak sekolah dapat melakukan beberapa langkah, seperti menyediakan konseling, mengadakan seminar tentang kesehatan, atau melibatkan pelajar dalam kegiatan positif yang dapat mengalihkan perhatian mereka dari rokok.  

Selain itu, sekolah dapat bekerja sama dengan orang tua untuk memantau perilaku siswa di luar lingkungan sekolah. Orang tua juga harus dilibatkan dalam upaya pencegahan, karena kebiasaan merokok sering kali dimulai dari rumah. Dukungan dari keluarga dan sekolah dapat memberikan efek jera sekaligus memotivasi siswa untuk berhenti merokok.  

Langkah Strategis untuk Masa Depan  
Mengatasi masalah merokok di kalangan pelajar membutuhkan pendekatan yang komprehensif. Pemerintah perlu memperketat pengawasan terhadap penjualan rokok kepada anak di bawah umur dan menaikkan harga rokok agar tidak terjangkau oleh pelajar. Selain itu, kampanye edukasi bahaya merokok harus diperluas, tidak hanya di sekolah tetapi juga melalui media sosial yang banyak diakses oleh generasi muda.  

Lebih jauh lagi, program pencegahan merokok harus dirancang dengan cara yang menarik bagi pelajar. Misalnya, melalui kegiatan kreatif seperti lomba poster, video, atau pentas seni yang mengangkat tema kesehatan dan bahaya merokok. Dengan pendekatan yang lebih dekat dengan dunia pelajar, pesan anti-merokok bisa lebih efektif tersampaikan.  

Masalah pelajar yang gemar merokok memang tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Namun, dengan kerja sama antara pemerintah, sekolah, keluarga, dan masyarakat, kita bisa melindungi generasi muda dari dampak buruk rokok. Masa depan Indonesia ada di tangan para pelajar, dan sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk memastikan mereka tumbuh menjadi generasi yang sehat dan bebas dari rokok.
 
link berita:  kompas, antara, tribun

01 August 2023

Matikan Ponsel Kita


pon
Ponsel Kita

Phubbing (gabungan dari "telepon" dan "snubbing") adalah di mana kita mengabaikan pasangan (orang yang duduk disamping kita) untuk lagu ring-tone ponsel kita. Menurut Penelitian terbaru ini hal buruk untuk hubungan Pria-Wanita.

Dr. Anthony Chambers, a board certified couple and family psychologist and the chief academic officer at the Family Institute at Northwestern University:
Itu adalah kata yang lucu, tetapi itu benar-benar dapat berdampak. Phubbing dapat berupa serangkaian perilaku yang berbeda, mulai dari melirik ponsel Anda di tengah percakapan, hingga memeriksa ponsel Anda saat percakapan terhenti sedikit, atau menjaga ponsel Anda tetap dekat. (berdasarkan konsuling dengan pasangan yang bertemu  Dr. Anthony Chambers hampir setiap minggu)


Katherine Hertlein, a professor in the couple and family therapy program at the Kirk Kerkorian School of Medicine at the University of Nevada, Las Vegas, yang penelitiannya berfokus pada efek teknologi pada pasangan dan keluarga :
Betapa sedikit pasangan (termasuk pasangan yang bertemu secara online) memiliki aturan (atau etika) pemakaian ponsel atau teknologi yang jelas. Saya tahu ini kedengarannya tidak seksi, dan orang tidak ingin melakukan ini dalam hubungan mereka, tetapi sebenarnya ini adalah strategi No.1 yaitu : Apa aturannya saat kita berbicara dengan orang lain? Kapan ponsel harusnya hadir? Kapan ponsel harus dimatikan?


sumber berita : nytimes