medsos

Showing posts with label medsos. Show all posts
Showing posts with label medsos. Show all posts

13 April 2025

Masyarakat FOMO


 

mas
FOMO

Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) telah menjadi bagiandari kehidupan masyarakat modern, terutama di kalangan kelas menengah. Dengan kemajuan teknologi dan media sosial, informasi menyebar dengan cepat, dan sering kali, orang merasa tertekan untuk mengikuti tren terbaru. Dalam konteks ini, FOMO dapat berpotensi membawa dampak negatif, termasuk risiko jatuh ke dalam kemiskinan.

Apa itu FOMO?
FOMO adalah perasaan cemas yang muncul ketika seseorang merasa bahwa orang lain memiliki pengalaman yang lebih baik atau lebih menarik. Dalam dunia media sosial, ini sering kali terlihat ketika seseorang melihat teman-teman mereka berinvestasi dalam barang-barang mewah, seperti emas, atau menghadiri acara-acara yang dianggap "keren" seperti Haul Guru Sekumpul. Akibatnya, banyak orang merasa terdorong untuk melakukan hal yang sama, meskipun mereka tidak memiliki cukup dana atau pemahaman yang baik tentang investasi tersebut.

Aku Bermedsos maka Aku Ada
Antropolog Universitas Lambung Mangkurat, Nasrullah melihat fenomena ini sebagai dampak dari tren budaya populer di era digital. Menurutnya, smartphone dan medsos telah memengaruhi cara masyarakat memaknai haul. Padahal, haul adalah waktu untuk refleksi, mendalami ajaran, dan mempererat rasa cinta kepada Guru Sekumpul. Jangan sampai makna spiritualnya hilang karena obsesi terhadap citra di medsos. Fenomena ini mirip dengan kutipan klasik yang diungkap filsuf Rene Descartes, "Aku berpikir maka aku ada," yang kini bergeser menjadi "Aku bermedsos maka aku ada."

Kelas Menengah dan Investasi Emas
Kelas menengah di Indonesia sering kali menjadi target utama dari fenomena ini. Dengan meningkatnya akses ke informasi dan media sosial, mereka lebih mudah terpengaruh oleh tren investasi yang sedang populer. Salah satu tren yang sedang naik daun adalah investasi emas. Banyak orang beranggapan bahwa membeli emas adalah cara yang aman untuk mengamankan kekayaan mereka. Namun, keputusan ini sering kali diambil tanpa pertimbangan yang matang.

Masyarakat yang terjebak dalam FOMO cenderung membeli emas dalam jumlah besar hanya karena melihat orang lain melakukannya. Hal ini dapat menyebabkan mereka mengeluarkan uang yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau tabungan darurat. Jika harga emas turun, mereka bisa mengalami kerugian yang signifikan, yang pada gilirannya dapat menyeret mereka ke dalam lubang kemiskinan.

Dampak Sosial dan Ekonomi
Dampak dari FOMO tidak hanya terbatas pada individu, tetapi juga dapat mempengaruhi masyarakat secara keseluruhan. Ketika banyak orang berinvestasi dalam emas tanpa pemahaman yang cukup, ini dapat menciptakan gelembung ekonomi. Ketika gelembung ini pecah, banyak orang akan merasakan dampak negatifnya, termasuk kehilangan pekerjaan dan meningkatnya angka kemiskinan.

Selain itu, FOMO juga dapat memicu perilaku konsumtif yang berlebihan. Masyarakat yang merasa harus selalu mengikuti tren dapat mengabaikan kebutuhan dasar mereka. Ini menciptakan siklus di mana mereka terus berusaha mengejar ketertinggalan, yang pada akhirnya dapat merugikan kesejahteraan mereka.

Mengatasi FOMO
Untuk mengatasi dampak negatif dari FOMO, penting bagi masyarakat, terutama kelas menengah, untuk meningkatkan literasi. Penting untuk menyadari bahwa tidak semua tren yang terlihat menarik di media sosial adalah pilihan yang baik untuk diikuti. Masyarakat juga perlu didorong untuk lebih kritis terhadap informasi yang mereka terima dari media sosial. Mengedukasi diri sendiri dan mencari nasihat dari sumber yang terpercaya dapat membantu mengurangi pengaruh FOMO.
 

02 April 2025

Torehan Prestasi Laga Timnas di Asia


 

chi
Laga China-Australia

Gol Terbaik
Pada  matchday 7 & 8 pada putaran ketiga Kualifikasi Asia AFC "Road to 26" Piala Dunia 2026, pemain timnas indonesia, Ole Romeny, langsung bersinar. golnya saat melawan Bahrain dinobatkan sebagai gol terbaik. Striker Oxford United tersebut sukses mencatat vote sebanyak 76 persen suara. Di posisi kedua ada pemain Iran Mehdi Taremi yang mencetak gol saat melawan Uzbekistan. Selanjutnya, gol Ahmeed Mahajneh asal Palestina saat melawan Irak di posisi ketiga.

Sementara pada gol terbaik di Piala Asia U23 2024 yang dihelat di Qatar pada April-Mei 2024, dari 8 pencetak gol terbaik, 2 di antaranya berasal dari timnas Indonesia. Mereka adalah Rafael Struick dan Witan Sulaeman. Urutan kedua, gol Witan tercipta saat Garuda Muda melawan Yordania di fase terakhir penyisihan grup. Gol tersebut membuat Indonesia unggul 2-0 dari Yordania. Urutan ketujuh, Rafael Struick berhasil mencetak gol spektakuler di babak perebutan semifinal melawan Korea Selatan.

Jumlah Penonton
Pertandingan dengan jumlah penonton terbanyak di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia delapan matchday. Laga Timnas Indonesia vs Bahrain menempati posisi tiga dengan laga yang disaksikan suporter paling banyak. Pertandingan yang dilangsungkan di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Selasa, 25 Maret 2025 itu disaksikan 69.599 penonton, Timnas Indonesia menang 1-0.

Di posisi dua ada duel Timnas Indonesia vs Australia yang dilangsungkan di SUGBK pada Selasa, 10 September 2024. Hasilnya setelah melalui 90 menit pertandingan, skor sama kuat 0-0. Laga China vs Australia yang merupakan matchday delapan Grup C menjadi pertandingan paling ramai disaksikan suporter. Saat itu laga yang digelar di Hangzhou Sports Park Stadium disaksikan 70.588 penonton, China tumbang 0-2 dari sang lawan.

sumber berita: jawapost, kompas, okezone

21 February 2025

Perlukah Regulasi Medsos Dibatasi?


 

reg
Regulasi Umur

Di era digital, media sosial (medsos) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak. Namun, belakangan ini wacana pembatasan umur pengguna medsos mencuat. Mulai dari desakan organisasi pemuda hingga dukungan publik figur, banyak pihak menyerukan regulasi lebih jelas untuk melindungi generasi muda. Tapi, seberapa mendesak kebutuhan ini?

Anak-Anak di Medsos  
Sekitar 37% anak usia 10-12 tahun di Indonesia sudah aktif bermedsos. Padahal, platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook secara global menetapkan batas usia minimal 13 tahun. Sayangnya, aturan ini sering diabaikan karena minimnya verifikasi identitas. Akibatnya, anak-anak rentan terpapar konten negatif seperti cyberbullying, eksploitasi seksual, atau informasi hoaks. Nurul Arifin, anggota Komisi I DPR, menegaskan bahwa pembatasan umur bukan sekadar wacana, tapi kebutuhan mendesak untuk memastikan ruang digital yang aman bagi anak.  

Regulasi dan Tantangan Teknis
PB PMII, organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, mendesak pemerintah segera merumuskan regulasi tegas. Mereka menekankan bahwa negara harus hadir melindungi anak dari dampak buruk medsos, termasuk kecanduan gadget dan gangguan mental. Namun, tantangan teknis seperti verifikasi usia menjadi kendala utama. Saat ini, mayoritas platform hanya mengandalkan pengisian tanggal lahir manual—yang mudah dimanipulasi. Di negara lain, beberapa medsos mulai menggunakan teknologi facial recognition atau juga dengan verifikasi melalui dokumen resmi. Tapi, di Indonesia, sistem ini belum optimal dan berpotensi menimbulkan masalah privasi.  

Dukungan Masyarakat Harus Dibangun Bersama
Dukungan publik terhadap pembatasan umur medsos sebenarnya cukup tinggi. Survei BBC Indonesia menunjukkan 68% orang tua setuju ada aturan lebih ketat. Namun, upaya ini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kolaborasi dengan platform medsos, sekolah, dan keluarga diperlukan. Misalnya, TikTok sudah menerapkan fitur Family Pairing yang memungkinkan orang tua mengontrol akun anak. Di sisi lain, edukasi literasi digital harus digencarkan agar orang tua paham cara memantau aktivitas online anak tanpa melanggar privasi mereka.  

Menjaga Keseimbangan  
Meski regulasi diperlukan, pembatasan usia medsos tidak boleh menjadi solusi instan. Pemerintah perlu memastikan aturan tidak justru meminggirkan akses anak pada informasi positif. Di daerah terpencil, misalnya, medsos sering menjadi sumber belajar alternatif. Selain itu, perlu diingat bahwa banyak pelaku bisnis kecil dan kreator muda yang bergantung pada medsos. Regulasi harus dirancang dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial.  

Langkah minimal yang dapat dilakukan adalah mendorong transparansi platform medsos dalam menerapkan batas usia. Teknologi verifikasi wajib ditingkatkan, meski perlu waktu dan investasi. Juga peran komunitas dan sekolah sangat krusial. Program seperti Internet Sehat atau workshop orang-tua melek digital bisa menjadi solusi jangka pendek.
 
sumber berita:
bbc 
voi 

04 December 2024

Influencer Lansia Bisa Tampil Modis


 

mod
Lansia Modis

Ketika membicarakan tren fashion dan media sosial, sebagian besar dari kita mungkin langsung membayangkan anak muda dengan gaya kekinian. Namun, ada fenomena menarik yang mencuri perhatian: para lansia yang tak kalah modis, bahkan menjadi influencer di dunia fashion. Lansia kini membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk tampil gaya dan percaya diri. Melalui platform media sosial, mereka menunjukkan bahwa menjadi modis di usia senja adalah bentuk perayaan hidup sekaligus inspirasi bagi generasi muda maupun sesama lansia.

Lansia Modis  
Salah satu contoh yang menarik adalah Judith Boyd, seorang influencer lansia dari Amerika Serikat yang dikenal dengan gaya busananya yang elegan dan berani. Dari CNN Indonesia, Boyd menunjukkan bahwa tampil modis di usia lanjut tidak hanya soal estetika, tetapi juga cara untuk menjaga semangat dan kesehatan mental. Pakaian yang menarik, aksesori yang unik, dan keberanian mengekspresikan diri melalui fashion membantu Boyd menjalani masa tua dengan penuh rasa percaya diri.  

Fenomena ini tidak hanya terjadi di luar negeri. Gerakan seperti The New Grey, yang diulas dalam artikel Parapuan, memperlihatkan bagaimana lansia di Indonesia juga mulai percaya bahwa tampil modis dapat menjadi cara untuk tetap aktif dan relevan. Lansia yang bergabung dalam komunitas ini tidak hanya menunjukkan gaya berpakaian yang menarik, tetapi juga menginspirasi orang lain untuk mematahkan stereotip bahwa lansia hanya identik dengan pakaian sederhana atau konservatif.  

Media Sosial dan Influencer Lansia  
Media sosial menjadi platform utama bagi lansia untuk menunjukkan sisi modis mereka. Lansia yang menjadi influencer tak hanya berbagi konten seputar fashion, tetapi juga gaya hidup yang sehat, positif, dan penuh energi. Dalam artikel Beautynesia, beberapa influencer lansia, seperti Lyn Slater yang dikenal sebagai “Accidental Icon,” menunjukkan bahwa mereka dapat menjadi panutan lintas generasi. Lyn, dengan gaya busananya yang edgy dan modern, membuktikan bahwa usia bukanlah penghalang untuk mengekspresikan diri di dunia fashion.  

Para influencer lansia ini tidak hanya menyasar sesama lansia, tetapi juga generasi muda. Mereka mengajarkan bahwa fashion adalah milik semua orang, tanpa batasan usia. Di sisi lain, banyak lansia yang terinspirasi untuk mulai mengeksplorasi gaya berpakaian mereka dan merasa lebih percaya diri. Media sosial menjadi jembatan untuk menyebarkan pesan ini secara luas, menciptakan ruang untuk lansia yang ingin tetap relevan di era digital.  

Bisa Tampil Modis
Tampil modis bagi lansia bukan hanya soal pakaian atau tren, tetapi juga cara untuk menjaga kesehatan mental dan fisik. Menurut berbagai penelitian, menjaga penampilan dapat meningkatkan rasa percaya diri dan mencegah depresi, terutama di usia lanjut. Lansia yang merasa puas dengan penampilannya cenderung lebih aktif secara sosial, sehingga terhindar dari isolasi yang sering menjadi masalah di kalangan lansia.  

Lebih jauh lagi, gerakan lansia modis seperti The New Grey juga membawa pesan bahwa setiap tahap kehidupan adalah kesempatan untuk berkembang. Lansia tidak perlu merasa “selesai” hanya karena usia bertambah. Sebaliknya, mereka bisa tetap aktif, kreatif, dan penuh warna melalui eksplorasi gaya pribadi.  

Inspirasi untuk Semua Generasi  
Fenomena influencer lansia yang tampil modis adalah bukti nyata bahwa usia hanyalah angka. Mereka tidak hanya mematahkan stereotip tentang lansia, tetapi juga memberikan inspirasi kepada semua generasi untuk merayakan hidup dengan gaya. Lansia yang aktif di media sosial menunjukkan bahwa menjadi modis adalah hak semua orang, tanpa memandang usia.  

Dengan peran media sosial yang semakin besar, lansia modis dapat menjadi agen perubahan yang mendorong penerimaan yang lebih luas terhadap keberagaman usia dalam dunia fashion. Jadi, bagi para lansia, jangan ragu untuk mengeksplorasi gaya yang mencerminkan kepribadian Anda. Dan bagi generasi muda, mari kita jadikan para influencer lansia ini sebagai inspirasi untuk tetap bergaya dan percaya diri, apa pun usia kita. Karena pada akhirnya, fashion bukan hanya soal pakaian, tetapi juga cara kita merayakan hidup.
 
sumber berita: cnnbeutynesiaparapuan

03 December 2024

Kolaborasi dan Transformasi Digital, Tiktok


 

kol
Tiktok Digital

TikTok kini menjadi salah satu platform digital paling dominan di Indonesia. Dengan jumlah pengguna yang melampaui negara-negara besar seperti Amerika Serikat dan Rusia, Indonesia menjadi pasar strategis bagi TikTok. Platform ini tidak hanya menjadi sarana hiburan, tetapi juga alat bisnis yang kuat berkat kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Pos Indonesia dan Tokopedia. Fenomena ini menunjukkan bagaimana TikTok mampu mengubah cara masyarakat Indonesia berinteraksi, berbisnis, dan bahkan berbelanja.  

Raja Media Sosial di Indonesia  
Menurut data yang dilansir Law Justice, Indonesia kini menjadi negara dengan jumlah pengguna TikTok terbanyak di dunia. Dengan populasi yang besar dan tingkat adopsi teknologi yang terus meningkat, TikTok berhasil menarik perhatian masyarakat dari berbagai kalangan—mulai dari anak muda hingga pelaku bisnis.  

Apa yang membuat TikTok begitu diminati? Salah satu jawabannya adalah algoritma platform yang canggih dan konten yang relevan. TikTok mampu menyajikan video yang sesuai dengan minat penggunanya, sehingga menciptakan pengalaman yang personal dan menyenangkan. Selain itu, kemudahan fitur editing dan format video pendek berhasil menarik generasi muda yang menyukai konten cepat dan mudah dicerna.  

Namun, kekuatan TikTok tidak hanya berhenti di hiburan. Platform ini kini berkembang menjadi alat bisnis yang efektif, terutama dalam dunia e-commerce dan pemasaran digital.  

TikTok berkolaborasi dengan Pos Indonesia  
Salah satu contoh nyata bagaimana TikTok memperluas pengaruhnya di Indonesia adalah kolaborasinya dengan Pos Indonesia. Menurut laporan Liputan6, Pos Indonesia mengajak TikTok untuk bekerja sama dalam mendukung bisnis logistik. Kerja sama ini bertujuan untuk mempermudah proses pengiriman barang bagi para pelaku UMKM yang menggunakan TikTok Shop sebagai platform penjualan.  

Langkah ini bukan hanya memperkuat posisi TikTok sebagai platform e-commerce, tetapi juga memberikan solusi nyata bagi pelaku bisnis kecil yang ingin menjangkau pelanggan dengan lebih mudah. Dengan infrastruktur logistik Pos Indonesia yang luas dan kuat, kolaborasi ini dapat mempercepat proses pengiriman barang ke berbagai daerah, termasuk wilayah terpencil.  

Dua Kekuatan Bisnis  
Tidak hanya dengan Pos Indonesia, TikTok juga menjalin kolaborasi strategis dengan Tokopedia. Berdasarkan laporan dari Bloomberg Technoz, perkawinan bisnis antara TikTok dan Tokopedia menghasilkan kekuatan ekonomi yang besar, dengan nilai mencapai Rp336 triliun.  

Kolaborasi ini memungkinkan pengguna TikTok untuk langsung berbelanja di Tokopedia melalui fitur TikTok Shop. Integrasi ini membawa pengalaman belanja yang mulus dan menyenangkan bagi konsumen. Selain itu, bagi para pelaku bisnis, ini membuka peluang untuk menjangkau audiens yang lebih luas dengan memanfaatkan kekuatan TikTok dalam menarik perhatian pengguna.  

Kolaborasi seperti ini menunjukkan bagaimana TikTok terus berinovasi untuk menjadi lebih dari sekadar platform media sosial. Dengan menggabungkan konten hiburan, pemasaran, dan e-commerce, TikTok menciptakan ekosistem digital yang lengkap dan terintegrasi.  

Tantangan dan Peluang  
Meski TikTok memiliki kekuatan besar di pasar Indonesia, platform ini juga menghadapi tantangan. Salah satunya adalah regulasi pemerintah terkait media sosial dan e-commerce, terutama dalam hal keamanan data pengguna dan perlindungan konsumen. Selain itu, persaingan dengan platform lain seperti Instagram, YouTube, dan Shopee juga menjadi tantangan yang harus dihadapi TikTok untuk mempertahankan dominasinya.  

Namun, peluang TikTok di Indonesia tetap sangat besar. Dengan jumlah pengguna yang terus bertambah dan tingkat keterlibatan pengguna yang tinggi, TikTok memiliki potensi untuk menjadi pemain utama dalam transformasi digital di Indonesia. Kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti Pos Indonesia dan Tokopedia, hanya menunjukkan puncak gunung es dari strategi besar TikTok di pasar ini.  
 
TikTok telah membuktikan dirinya sebagai kekuatan besar di pasar media sosial dan e-commerce Indonesia. Dengan jumlah pengguna terbanyak di dunia, kolaborasi strategis dengan perusahaan lokal seperti Pos Indonesia dan Tokopedia, serta inovasi dalam pengalaman belanja digital, TikTok tidak hanya menjadi platform hiburan tetapi juga alat bisnis yang kuat.  

Namun, untuk terus berkembang, TikTok perlu menghadapi tantangan regulasi dan persaingan dengan platform lain. Dengan strategi yang tepat dan dukungan dari berbagai pihak, TikTok memiliki peluang besar untuk terus mendominasi pasar Indonesia, sekaligus membantu mendorong transformasi digital di negara ini. TikTok kini bukan hanya soal video pendek, tetapi tentang bagaimana platform ini mengubah cara masyarakat Indonesia terhubung, berbisnis, dan berbelanja.
 
sumber berita:

15 May 2020

Bisnis Uang di Facebook


 

uaN
Uang Facebook

Facebook, sebagai platform media sosial terbesar di dunia, telah lama menjadi rumah bagi berbagai aktivitas digital, termasuk bisnis. Tidak hanya menjadi tempat untuk berbagi momen pribadi, Facebook juga berkembang menjadi ekosistem bisnis yang menjanjikan, termasuk di Indonesia. Namun, di balik peluang ini, ada beberapa sisi yang perlu menjadi perhatian, seperti saham perusahaan, isu sumbangan palsu, hingga proyek ambisius Libra sebagai mata uang digital.

Saham Facebook
Saham Facebook telah menjadi perhatian para investor global, termasuk di Indonesia. Menurut laporan dari CNBC Indonesia, pada awal tahun 2020, saham Facebook mencapai nilai tertinggi dalam sejarahnya. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya model bisnis Facebook yang terus berkembang, terutama dari pendapatan iklan digital. Dengan jumlah pengguna yang mencapai miliaran, Facebook memiliki daya tarik luar biasa bagi perusahaan yang ingin menjangkau konsumen secara lebih personal. Namun, bagi masyarakat Indonesia, peluang ini masih belum sepenuhnya dimanfaatkan. Banyak pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) yang belum menyadari potensi besar iklan Facebook untuk meningkatkan penjualan. Padahal, iklan di Facebook menawarkan fitur segmentasi pasar yang efektif, memungkinkan pengiklan menjangkau audiens yang sangat spesifik berdasarkan lokasi, usia, minat, hingga perilaku. Dalam konteks saham, keberlanjutan pertumbuhan Facebook sangat bergantung pada bagaimana perusahaan ini menjaga relevansinya di pasar global, termasuk di Indonesia.

Isu Sumbangan Lewat Facebook, Amal atau Hoaks?
Di sisi lain, Facebook juga menjadi platform yang sering dimanfaatkan untuk kegiatan penggalangan dana atau sumbangan. Meski banyak kampanye amal yang benar-benar membantu masyarakat, tidak sedikit pula yang disalahgunakan untuk menyebarkan hoaks. Salah satu contoh yang mencuat adalah kasus sumbangan palsu terkait pembangunan Masjid Nurul Jadid, yang ternyata hanya akal-akalan oknum tak bertanggung jawab. Fenomena ini menimbulkan tantangan besar bagi masyarakat Indonesia, terutama dalam hal literasi digital. Sebelum memberikan donasi lewat media sosial, masyarakat perlu memastikan kredibilitas penggalangan dana tersebut dengan melakukan pengecekan mendalam. Selain itu, pihak Facebook juga perlu lebih tegas dalam memoderasi konten-konten yang berpotensi merugikan penggunanya. Sebagai platform, tanggung jawab Facebook tidak hanya sebatas menyediakan ruang, tetapi juga menjaga keamanan dan kepercayaan penggunanya.

Libra Mata Uang Digital  
Proyek Libra yang digagas Facebook turut menjadi sorotan. Mata uang digital ini digadang-gadang bisa menjadi pesaing Bitcoin, dengan keunggulan berupa kestabilan nilai dan aksesibilitas yang lebih luas. Namun, hingga kini, perkembangan Libra masih terhambat oleh berbagai regulasi di banyak negara. Di Indonesia, Libra memiliki potensi besar, terutama untuk menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan perbankan tradisional. Dengan menggunakan Libra, transaksi lintas negara bisa menjadi lebih cepat dan murah. Namun, tantangan utamanya adalah regulasi. Pemerintah Indonesia masih cenderung berhati-hati terhadap mata uang digital, mengingat risiko seperti pencucian uang dan volatilitas nilai.  

Bisnis uang di Facebook di Indonesia menghadirkan peluang sekaligus tantangan. Dari saham yang terus mencetak cuan, potensi penggalangan dana amal, hingga mata uang digital seperti Libra, semuanya menunjukkan bagaimana Facebook semakin menjadi pemain utama dalam dunia bisnis global. Namun, masyarakat Indonesia perlu lebih bijak dalam memanfaatkan peluang ini, terutama dengan meningkatkan literasi digital dan memahami risiko yang ada. Sebagai platform, Facebook juga diharapkan mengambil langkah lebih proaktif untuk menjaga keamanan penggunanya dan memastikan bahwa teknologi yang mereka kembangkan benar-benar memberikan manfaat positif bagi masyarakat luas. Dengan begitu, bisnis uang di Facebook bisa menjadi bagian dari solusi, bukan sumber masalah baru di era digital ini.
 

15 January 2020

TikTok vs Facebook


 

tik
Bos Facebook

TikTok dan Facebook adalah dua raksasa media sosial dengan pendekatan yang sangat berbeda. TikTok mengandalkan kreativitas, konten pendek, dan keterlibatan pengguna, sementara Facebook lebih berfokus pada jaringan sosial yang luas dan konten yang beragam.  Dalam dunia media sosial, persaingan untuk merebut perhatian pengguna semakin sengit. Dua raksasa yang terus bersaing adalah TikTok dan Facebook. Keduanya memiliki pendekatan yang berbeda dalam menarik pengguna, tetapi dalam beberapa tahun terakhir, TikTok muncul sebagai ancaman serius bagi dominasi Facebook. Dengan format konten yang segar dan pendekatan inovatif, TikTok berhasil meraih hati generasi muda, bahkan menggeser popularitas Facebook di kalangan tertentu.  

TikTok Sedang Naik Daun
TikTok, platform video pendek yang diluncurkan oleh ByteDance, kini menjadi salah satu aplikasi paling populer di dunia. Berdasarkan laporan dari Hipwee, TikTok bahkan telah mengalahkan Facebook dan Instagram dalam hal jumlah unduhan aplikasi. Popularitas TikTok tidak lepas dari konten-konten pendek yang kreatif, algoritma canggih yang mampu merekomendasikan video sesuai minat pengguna, serta kemudahan dalam membuat video yang menarik.  

Salah satu daya tarik utama TikTok adalah kemampuannya menciptakan tren global. Berbagai tantangan (challenge), tarian, hingga konten edukasi viral di platform ini, membuat pengguna terus kembali untuk konsumsi konten baru. Dengan fokus pada video pendek yang menghibur, TikTok berhasil menarik perhatian generasi muda, yang kini menjadi segmen pengguna internet terbesar.  

Namun, yang membuat TikTok lebih unggul bukan hanya format kontennya, tetapi juga cara platform ini mendorong keterlibatan pengguna. TikTok memberikan ruang bagi siapa saja—bukan hanya selebritas atau influencer besar—untuk menjadi kreator konten yang populer. Hal ini membuat pengguna merasa lebih terlibat dan memiliki kesempatan untuk dikenal.  

Facebook Si Raksasa
Sementara itu, Facebook, yang pernah menjadi pemimpin tak terbantahkan di dunia media sosial, kini menghadapi tantangan besar. Menurut laporan dari BlackXperienc*, kesuksesan TikTok telah menjadi ancaman nyata bagi dominasi Facebook. Meskipun Facebook masih memiliki basis pengguna yang sangat besar, terutama di kalangan orang dewasa dan generasi lebih tua, platform ini mulai kehilangan daya tarik di kalangan generasi muda.  

Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, format konten Facebook dianggap kurang menarik dibandingkan TikTok. Facebook lebih berfokus pada teks, gambar, dan video panjang, yang dianggap kurang relevan bagi generasi muda yang menyukai konten cepat dan visual. Kedua, TikTok memiliki algoritma yang lebih "pintar" dalam merekomendasikan konten, sehingga pengalaman pengguna terasa lebih personal.  

Mark Zuckerberg, CEO Facebook, bahkan mengakui ancaman ini. Dalam laporan dari Kompas Tekno, Zuckerberg membandingkan WhatsApp dengan TikTok dan mengakui bahwa TikTok memiliki pendekatan yang unik dalam menargetkan pengguna muda. Untuk melawan dominasi TikTok, Facebook telah meluncurkan fitur serupa bernama Reels di Instagram. Namun, apakah langkah ini cukup untuk mengalahkan TikTok?  

TikTok vs Facebook Lalu Siapa yang Unggul  
Persaingan antara TikTok dan Facebook bukan hanya soal jumlah pengguna, tetapi juga soal relevansi dan inovasi. TikTok terus berinovasi dengan menambahkan fitur baru, seperti TikTok Shop yang mengintegrasikan e-commerce ke dalam platform. Hal ini membuat TikTok tidak hanya menjadi platform hiburan, tetapi juga alat bisnis yang kuat.  

Di sisi lain, Facebook masih memiliki keunggulan dalam hal basis pengguna yang besar dan ekosistem yang luas, termasuk WhatsApp dan Instagram. Namun, tantangan terbesar bagi Facebook adalah bagaimana menarik kembali perhatian generasi muda yang kini lebih memilih TikTok.  

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah membuktikan bahwa pendekatannya berhasil, terutama di kalangan generasi muda. Sementara itu, Facebook harus terus beradaptasi untuk tetap relevan di tengah persaingan yang semakin ketat.  

Dengan inovasi yang terus dilakukan oleh TikTok dan upaya Facebook untuk melawan dominasi ini, persaingan antara keduanya akan terus menjadi salah satu cerita terbesar di dunia media sosial. Siapa yang akan keluar sebagai pemenang? Hanya waktu yang akan menjawab, tetapi satu hal yang pasti: pengguna akan terus diuntungkan dengan inovasi dari kedua platform ini.
 
sumber bacaan: kompashipweeblack

18 May 2019

Sri Widowati Mundur dari Facebook Indonesia


 

sri
Sri Widowati

Kepergian Sri Widowati dari jabatannya sebagai Country Director Facebook Indonesia pada tahun 2019 menjadi sorotan besar di dunia teknologi dan bisnis digital. Selama tiga tahun menjabat, Sri Widowati—atau yang akrab disapa Wido—berhasil membawa perubahan signifikan pada operasi Facebook di Indonesia, termasuk pembukaan kantor resmi Facebook di Jakarta. Namun, apa arti kepergiannya bagi Facebook dan ekosistem media sosial di Indonesia?  

Kepemimpinan Sri Widowati
Di bawah kepemimpinan Wido, Facebook berusaha semakin dekat dengan masyarakat Indonesia. Salah satu pencapaian besar yang terjadi selama masa jabatannya adalah pembukaan kantor resmi Facebook di Indonesia. Langkah ini disambut baik oleh banyak pihak karena menandai komitmen Facebook untuk lebih serius menangani pasar Indonesia, yang merupakan salah satu pengguna terbesar platform ini di dunia. Kehadiran kantor fisik Facebook di Indonesia memberikan dampak signifikan, terutama dalam hal kolaborasi dengan pelaku bisnis lokal dan pemerintah. Kantor ini menjadi pusat kegiatan, mulai dari mendukung pelaku UMKM untuk memanfaatkan platform Facebook dan Instagram sebagai alat pemasaran, hingga bekerja sama dengan pemerintah dalam menangani isu-isu penting seperti penyebaran hoaks dan konten negatif. Namun, di balik semua pencapaian ini, tantangan tetap ada. Facebook di era Wido juga menghadapi kritik, terutama terkait masalah penyebaran berita palsu, ujaran kebencian, dan pelanggaran privasi data. Meski berbagai inisiatif telah diluncurkan, seperti program literasi digital dan peningkatan moderasi konten, tugas ini masih jauh dari kata selesai.  

Apa Alasan Mundur?  
Keputusan Wido untuk mundur setelah tiga tahun menjabat memunculkan berbagai spekulasi. Dalam pernyataan resminya, ia menyebut bahwa kepergiannya adalah langkah pribadi untuk mengejar peluang baru di luar Facebook. Namun, banyak pihak bertanya-tanya apakah ada faktor lain yang memengaruhi keputusan ini, mengingat tantangan yang dihadapi Facebook di Indonesia masih cukup besar. Bagi Facebook, kepergian Wido tentu menjadi tantangan baru. Sebagai seorang pemimpin perempuan yang dikenal inovatif dan berorientasi pada hasil, Wido telah meninggalkan jejak yang sulit dilupakan. Penggantinya harus mampu melanjutkan inisiatif yang telah berjalan dan, lebih penting lagi, mengatasi masalah-masalah besar yang masih mengintai platform ini di Indonesia.  

Dampak Kepergian Wido
Mundurnya Sri Widowati dari jabatannya tentu meninggalkan pertanyaan besar: bagaimana masa depan Facebook di Indonesia setelah kepergian seorang pemimpin yang telah membawa banyak perubahan?  Dalam konteks bisnis, Facebook tetap memiliki posisi kuat di Indonesia. Dengan lebih dari 100 juta pengguna aktif, Facebook menjadi platform penting bagi pelaku bisnis, pemerintah, dan masyarakat umum. Namun, tantangan seperti regulasi pemerintah, persaingan dengan platform lain seperti TikTok, serta isu keamanan data pengguna tetap menjadi pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh kepemimpinan baru.  Selain itu, pembukaan kantor di Jakarta yang terjadi di era Wido telah menciptakan ekspektasi tinggi dari masyarakat dan pelaku bisnis. Facebook diharapkan tidak hanya menjadi perusahaan teknologi global, tetapi juga lebih memahami kebutuhan lokal. Kepergian Wido menandai akhir dari sebuah era, tetapi juga menjadi momen penting bagi Facebook untuk membuktikan komitmennya terhadap pasar Indonesia.  


Pembukaan kantor Facebook di Jakarta menjadi simbol komitmen perusahaan terhadap Indonesia, tetapi kepergiannya juga menjadi pengingat bahwa tantangan besar masih ada di depan mata. Dengan pasar yang begitu besar dan dinamis, Indonesia tetap menjadi salah satu prioritas utama bagi Facebook. Namun, untuk menjaga relevansi, Facebook harus terus berinovasi, memperkuat regulasi internal, dan menjalin hubungan yang lebih erat dengan pengguna lokal. Kepergian Wido bukanlah akhir dari perjalanan Facebook di Indonesia, melainkan awal dari babak baru yang penuh tantangan dan peluang.
 
berita: kumparaninetantara