sekolah

Showing posts with label sekolah. Show all posts
Showing posts with label sekolah. Show all posts

05 August 2025

Hasil CKG di 72 Sekolah Rakyat


 

ckg
cek kesehatan gratis di sr

Hasil Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dilakukan di 72 Sekolah Rakyat pada 2025 mengungkap tiga masalah kesehatan utama yang paling banyak dialami para siswa:

1. Masalah Kesehatan Gigi  
Sekitar 46-49% siswa mengalami masalah gigi, menjadikannya temuan terbanyak dalam pemeriksaan ini. Hal ini menyoroti rendahnya mutu kesehatan gigi dan mulut di kalangan siswa sekolah rakyat, serta pentingnya edukasi dan intervensi kesehatan gigi secara dini.

2. Kurang Bugar  
Sekitar 30-33% siswa dinyatakan kurang bugar. Kondisi kebugaran fisik yang kurang baik dapat berdampak pada penurunan konsentrasi dan prestasi belajar, serta meningkatkan risiko penyakit kronis di masa mendatang.

3. Anemia dan Gangguan Mata  
Selain dua masalah utama di atas, ditemukan pula sekitar 26% siswa mengalami anemia, serta gangguan kesehatan mata dan kesehatan mental seperti kecemasan akibat penggunaan gadget berlebih dan faktor lain.

CKG di sekolah rakyat ini juga memeriksa aspek kesehatan lain seperti status gizi, tekanan darah, aktivitas fisik, kesehatan jiwa (mental), dan riwayat imunisasi. Pemeriksaan ini menjadi referensi penting bagi puskesmas untuk menindaklanjuti masalah-masalah kesehatan siswa, baik secara individual (rujukan ke puskesmas) maupun kelompok (edukasi kesehatan di sekolah).

Setelah temuan masalah kesehatan di 72 Sekolah Rakyat, pada point-point di atas, pemerintah mengambil langkah-langkah berikut:

1. Pelaksanaan Pemeriksaan Lanjutan  
Anak-anak yang ditemukan bermasalah dalam cek kesehatan akan dirujuk ke Puskesmas atau layanan kesehatan resmi untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut secara individual. Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga dilakukan secara rutin dan berkelanjutan untuk memperluas cakupan pemeriksaan kesehatan anak sekolah di seluruh Indonesia.

2. Program Edukasi dan Intervensi di Sekolah  
Untuk masalah yang bersifat kelompok atau tren, seperti banyak anak yang obesitas, kurang bugar, atau memiliki masalah mata dan gigi, sekolah bersama Puskesmas akan menyusun program edukasi kesehatan, pola hidup sehat, dan peningkatan kebugaran fisik secara bersama-sama.

3. Peningkatan Akses dan Infrastruktur Kesehatan Sekolah  
Pemerintah menargetkan pelaksanaan CKG menyeluruh mencapai 53 juta siswa di 282 ribu satuan pendidikan, termasuk sekolah negeri, madrasah, pesantren, dan sekolah rakyat berasrama. Hal ini juga diiringi dengan perbaikan fasilitas kesehatan di sekolah dan madrasah agar dapat mendukung kesehatan siswa lebih baik.

4. Deteksi dan Penanganan Kesehatan Jiwa  
Pemerintah mulai memperkenalkan pemeriksaan kesehatan jiwa guna mendeteksi gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi akibat pengaruh gadget dan media sosial, sehingga bisa dilakukan penanganan dini.

5. Pemberdayaan Melalui Kolaborasi Multi-Kementerian  
Program CKG ini melibatkan kerja sama lintas kementerian (Kesehatan, Pendidikan, Agama, Sosial, Kominfo, Dalam Negeri), agar pelaksanaan, pendataan, dukungan teknis, dan penanganan masalah kesehatan siswa optimal dan tepat sasaran.

Langkah-langkah di atas bertujuan membangun generasi sehat, tangguh, dan siap belajar dengan kondisi fisik dan mental prima, terutama bagi siswa sekolah rakyat yang berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Pemerintah berkomitmen memastikan hasil temuan CKG menjadi dasar aksi nyata memperbaiki dan meningkatkan kesehatan anak sekolah secara menyeluruh dan berkelanjutan.

sumber bacaan: detiktempobalkesmasmagelang

22 July 2025

Pendidikan Kesehatan Indonesia


pro
prodi kesehatan


 

Pendidikan kesehatan di Indonesia sedang berada di persimpangan penting. Di satu sisi, kebutuhan akan tenaga kesehatan yang berkualitas semakin meningkat seiring dengan upaya pemerintah memperluas akses dan meningkatkan mutu layanan kesehatan. Namun di sisi lain, masih banyak program studi (prodi) kesehatan yang hanya berakreditasi C, menimbulkan pertanyaan besar: mengapa hal ini terjadi, dan apa dampaknya bagi masa depan layanan kesehatan di Indonesia? 

Mengapa Masih Banyak Prodi Kesehatan Berada di Level Akreditasi-C?
Akreditasi merupakan tolok ukur kualitas sebuah program studi di perguruan tinggi. Di Indonesia, akreditasi dibagi menjadi tiga tingkatan: A (unggul), B (baik), dan C (cukup). Sayangnya, menurut laporan Kompas, masih banyak prodi kesehatan yang hanya berakreditasi C. Data terbaru menunjukkan, dari puluhan institusi pendidikan kesehatan, hanya 16 yang berakreditasi A, sementara 23 prodi masih berada di level C.

Penyebab Prodi Kesehatan Berakreditasi-C
Beberapa faktor yang menyebabkan banyak prodi kesehatan hanya berakreditasi C antara lain Keterbatasan Sumber Daya dan fasilitas, Kualifikasi Dosen, Kurangnya Inovasi Kurikulum serta Distribusi dan Akses sumber daya pendidikan. 


Dampak Akreditasi-C bagi Lulusan dan Layanan Kesehatan
Lulusan dari prodi berakreditasi C seringkali menghadapi tantangan dalam dunia kerja, seperti: Kesulitan Bersaing di Pasar Kerja, Keterbatasan Akses ke Pendidikan Lanjutan dan Kualitas Layanan Kesehatan.

Prodi Terpopuler di Indonesia
Setiap tahun, ribuan calon mahasiswa berlomba-lomba masuk ke prodi kesehatan. Namun, bagaimana posisi prodi kesehatan dibandingkan dengan bidang lain yang juga terpopuler di Indonesia?

Menurut Sindonews, lima bidang prodi terpopuler di Indonesia saat ini adalah bisnis, teknologi informasi, kesehatan, pendidikan, dan teknik. Prodi kesehatan tetap menjadi salah satu pilihan siswa, terutama karena: Tingginya Permintaan Tenaga Kesehatan, Jaminan Prospek Kerja dan Menjadi Peran Vital di Masyarakat.

Pendidikan kesehatan di Indonesia menghadapi tantangan besar, terutama terkait banyaknya prodi berakreditasi C. Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar untuk melakukan transformasi, baik melalui peningkatan kualitas pendidikan, integrasi teknologi, maupun penguatan bidang administrasi rumah sakit. Prodi kesehatan tetap menjadi salah satu yang terpopuler, namun kualitas harus menjadi prioritas agar lulusan benar-benar siap menghadapi tantangan dunia kerja dan mampu memberikan layanan kesehatan terbaik bagi masyarakat. Dengan kolaborasi semua pihak dan pemanfaatan teknologi, masa depan pendidikan kesehatan Indonesia bisa menjadi lebih cerah dan inklusif.

sumber: kompassindonewstribunnews

15 July 2025

Hari Pertama Masuk Sekolah, Jakarta Macet


 

mac
macet, macet dan macet

Hari pertama masuk sekolah selalu menjadi momen yang dinanti sekaligus dikhawatirkan oleh banyak keluarga di kota besar, seperti kota Jakarta. Tidak hanya sekadar kemacetan biasa, tapi kemacetan yang terjadi benar-benar terasa di mana-mana, membuat perjalanan yang biasanya cepat menjadi sangat lambat dan melelahkan.

Jakarta Selatan: Macet Parah di Pagi Hari
Senin pagi, 14 Juli 2025, di Jakarta Selatan, kecepatan kendaraan hanya mencapai 6 km per jam. Ini artinya, perjalanan yang biasanya bisa ditempuh dengan mudah dalam waktu singkat, kini berubah menjadi perjuangan berat dan panjang melawan kemacetan.

Penyebab utama kemacetan ini adalah lonjakan kendaraan yang mengantar anak-anak ke sekolah. Banyak orang tua yang memilih mengantar langsung anaknya ke sekolah dengan kendaraan pribadi, sehingga volume kendaraan di jalan meningkat drastis. Ditambah lagi, beberapa ruas jalan mengalami penyempitan akibat proyek pembangunan atau perbaikan jalan, yang semakin memperparah kondisi lalu lintas.

Raya Bogor: Titik Macet yang Tak Pernah Sepi
Sementara itu, di Jalan Raya Bogor, kemacetan juga terjadi di mana-mana pada pagi hari yang sama. Kemacetan di jalan ini sudah menjadi pemandangan rutin setiap hari sehingga pertama masuk sekolah menambah padat volume kendaraan. Kepadatan kendaraan yang tinggi membuat pengendara harus bersabar menghadapi antrean panjang yang kadang membuat perjalanan terasa seperti berjalan di tempat.

Jalan Raya Bogor sendiri merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya. Karena itu, kemacetan di sini tidak hanya mengganggu warga Jakarta Selatan, tapi juga penduduk dari daerah penyangga yang beraktivitas di ibu kota.

Kemacetan Dimana-Mana
Kemacetan di Jakarta pada hari pertama masuk sekolah benar-benar terjadi di mana-mana. Tidak hanya di Jakarta Selatan dan Raya Bogor, tapi hampir di seluruh wilayah Jakarta. Banyak orang tua yang rela mengantar anaknya ke sekolah demi memastikan keselamatan dan kenyamanan anak, namun hal ini justru menambah beban lalu lintas.

Dampak kemacetan ini sangat luas. Selain membuang waktu, energi dan biaya, kemacetan juga meningkatkan polusi udara dan stres pengendara. Anak-anak yang seharusnya semangat memulai hari di sekolah, bisa jadi sudah kelelahan sebelum sampai di kelas.

Trend kemacetan di hari pertama masuk sekolah di Jakarta adalah gambaran nyata tantangan perkotaan yang harus dihadapi bersama. Kemacetan yang terjadi di mana-mana ini bukan hanya soal kendaraan yang banyak, tapi juga soal bagaimana kita mengelola mobilitas dan kebiasaan sehari-hari.

Sebagai warga kota, kita bisa mulai dari hal kecil, seperti memilih transportasi yang lebih ramah lingkungan dan efisien, serta mendukung kebijakan yang mengurangi kemacetan. Dengan kesadaran dan kerja sama, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih nyaman dan ramah untuk semua, terutama bagi generasi muda yang sedang menempuh pendidikan.
 
sumber: kompasdetiktribunnews

16 June 2025

Akibat Kurang Tidur Pada Remaja


 

kur
akibat kurang tidur

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang sering kali diabaikan, terutama oleh remaja. Dalam era digital saat ini, di mana gadget dan media sosial mendominasi waktu luang, banyak remaja yang mengalami kurang tidur. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan perilaku mereka. Mari kita bahas lebih dalam mengenai akibat kurang tidur pada remaja, serta bagaimana hal ini dapat berhubungan dengan kesehatan mental dan potensi perilaku kriminal.

Pentingnya Tidur bagi Kesehatan Mental
Tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan mental remaja. Menurut penelitian, kurang tidur dapat menyebabkan gangguan mood, kecemasan, dan depresi. Tidur yang berkualitas membantu otak dalam memproses informasi dan mengatur emosi. Ketika remaja tidak mendapatkan cukup tidur, mereka cenderung lebih mudah tersinggung dan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Sebuah artikel dari IDN Times menyebutkan bahwa remaja yang cukup tidur memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Mereka lebih mampu berpikir kritis dan mengambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, remaja yang kurang tidur sering kali mengalami penurunan kemampuan berpikir dan daya ingat, yang dapat mempengaruhi prestasi akademis mereka.

Hubungan Antara Kurang Tidur dan Kriminalitas
Kurang tidur tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga dapat meningkatkan risiko perilaku kriminal. National Geographic melaporkan bahwa remaja yang kurang tidur lebih rentan untuk terlibat dalam tindakan kriminal. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengontrol emosi dan impuls, yang sering kali diperburuk oleh kelelahan.

Ketika remaja tidak mendapatkan tidur yang cukup, mereka mungkin menjadi lebih agresif dan kurang mampu menilai situasi dengan baik. Ini dapat menyebabkan mereka terlibat dalam perilaku berisiko, seperti tawuran atau penggunaan narkoba. Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat berkontribusi pada masalah yang lebih serius, termasuk keterlibatan dalam sistem peradilan pidana.

Dampak Jangka Panjang dari Kurang Tidur
Dampak kurang tidur pada remaja tidak hanya bersifat sementara. Jika kebiasaan tidur yang buruk terus berlanjut, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius di kemudian hari. Remaja yang sering kurang tidur berisiko tinggi mengalami gangguan mental yang lebih parah, seperti depresi kronis atau gangguan kecemasan. Selain itu, mereka juga lebih mungkin mengalami masalah kesehatan fisik, seperti obesitas dan penyakit jantung, yang dapat berkontribusi pada penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kurang tidur pada remaja adalah masalah serius yang dapat berdampak luas pada kesehatan mental dan perilaku mereka. Dengan memahami pentingnya tidur dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas tidur, kita dapat membantu remaja menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif. Tidur yang cukup bukan hanya tentang istirahat, tetapi juga tentang memberikan kesempatan bagi remaja untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, baik secara mental maupun fisik.
 

25 April 2025

Hikayat Kantin Sekolah


 

kan
makan bergizi gratis

Seharusnya, sekolah menjadi "rumah kedua" bagi anak-anak kita dalam mengikuti proses belajar. Demikian juga halnya, anak-anak bisa menikmati asupan gizi, untuk pertumbuhannya, di kantin sekolah. Namun, ternyata kantin sekolah belum menjadi tempat aman buat memenuhi kebutuhan gizi murid.

Sebelum Tahun 2025
Realita yang terjadi, misalnya 40 siswa SDN 5 Panji, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, dilarikan ke rumah sakit(11 Oktober 2017), setelah mengalami gejala keracunan usai makan nasi bungkus di kantin sekolah. Kasus serupa yang terjadi di Bandar Lampung, di mana 12 siswa SD mengalami nasib yang sama (23 Oktober 2024).

Fenomena keracunan makanan kantin sekolah sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada 30 Juli 2024 dilaporkan bahwa 5 siswa SD Negeri 39 Palembang mengalami keracunan makanan. Sebelumnya, pada bulan Mei 2024 terdapat 28 siswa di Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang juga mengalami gejala keracunan setelah makan makanan yang dijual di kantin. Lalu, pada bulan April 2024 juga dilaporkan ada puluhan siswa SDN Ketanggi Rembang yang keracunan makanan kantin.

Mengapa Masih Terjadi?
1. Pengawasan yang Masih Lemah
Meskipun sudah ada regulasi dari Kementerian Kesehatan tentang standar kantin sehat, pengawasannya masih belum maksimal. Ibarat kata, peraturan bagus di atas kertas, tapi implementasinya masih jauh panggang dari api.

2. Kesadaran yang Masih Kurang
Banyak pengelola kantin yang belum memahami pentingnya kebersihan dan keamanan pangan. Padahal, ini bukan sekadar masalah untung-rugi, tapi menyangkut kesehatan anak-anak kita.


Penyakit Lama
Terlalu semberono bila kemudian mengatakan bahwa MBG menyebabkan beberapa kejadian "keracunan" di sekolah pada tahun 2025 (spt di Cianjur dan Bombana, misalnya). Karena sebelum MBG dijalankan, anak sekolah keracunan dari kantin sekolah sudah biasa terjadi. Ini "penyakit lama" yang belum sembuh dan sepertinya belum ditemukan obatnya oleh komunitas pendidikan kita.

Program MBG (Makan Bergizi Gratis)
Pelaksanaan Program MBG yang telah dilaksanakan di banyak lokasi sekolah di Indonesia, walau belum terlaksana di seluruh sekolah, memberikan data penting bahwa sekitar 5% terjadinya resiko keracunan makanan di sekolah. Kita berharap data sahih ini bisa "mendorong" penyelenggara Program MBG bekerja lebih professional, tidak mengulangi apa yang telah dilakukan sebelumnya oleh "pengelola kantin sekolah".

Namun, kita juga tidak bisa berharap pada kecanggihan teknologi dan manajemen modern bisa serta-merta menyelesaikan persoalan kehidupan kita. Walaupun bus umum sudah memakai teknologi terbaru dan manajemen modern perusahaan transportasi publik, tidak berarti keruwetan lalu-lintas bisa teratasi. Pengawasan dan Kesadaran akan kualitas kantin sekolah harus diselesaikan oleh komunitas pendidikan.
 
sumber berita: