anak

Showing posts with label anak. Show all posts
Showing posts with label anak. Show all posts

03 September 2025

Kalo Anak Bertanya Tentang Demo


 

dem
anak bertanya

Di era digital seperti sekarang, anak-anak bisa dengan mudah melihat berita demo di televisi, media sosial, atau bahkan menyaksikan langsung di jalan. Setiap orang tua pasti pernah mengalami momen ketika anak tiba-tiba melontarkan pertanyaan yang tak terduga. Salah satunya adalah pertanyaan tentang demo atau unjuk rasa.

Apa Sebabnya Anak Bertanya?
Anak adalah peniru ulung dan sangat peka terhadap lingkungan sekitarnya. Ketika mereka melihat kerumunan orang membawa spanduk, berteriak, atau bahkan terjadi kericuhan, wajar jika muncul pertanyaan di benak mereka: “Kenapa orang-orang demo?” atau “Apa itu demo?” Pertanyaan seperti ini adalah tanda bahwa anak sedang belajar memahami dunia dan ingin tahu alasan di balik peristiwa yang mereka lihat.

Rumus Sederhana untuk Anak
Demo, atau demonstrasi, adalah salah satu cara masyarakat menyampaikan pendapat, keinginan, atau protes kepada pemerintah atau pihak tertentu. Demo biasanya dilakukan secara bersama-sama di tempat umum, seperti jalan raya atau depan gedung pemerintahan. Tujuannya adalah agar suara mereka didengar dan ada perubahan yang diharapkan.

Orang tua bisa menjelaskan dengan bahasa yang sederhana, misalnya:  
“Demo itu seperti ketika kamu ingin sesuatu dan kamu bilang ke mama atau papa. Tapi, kalau banyak orang punya keinginan yang sama, mereka berkumpul dan menyampaikan bersama-sama supaya didengar.”

Psikolog anak menyarankan agar orang tua menjawab pertanyaan anak tentang demo dengan jujur, sederhana, dan sesuai usia serta bahasa yang mudah dipahami anak. Dengarkan Pertanyaan Anak dengan Serius, jangan meremehkan rasa ingin tahu anak. Tunjukkan bahwa pertanyaan mereka penting dan layak dijawab. Sampaikan bahwa demo adalah cara orang menyampaikan pendapat agar didengar, bukan untuk membuat keributan, kekerasan atau merusak fasilitas umum. Ceritakan demo-demo damai yang pernah berhasil membawa perubahan. 

Setelah menjelaskan, tanyakan pendapat anak kita. Misalnya, “Menurut kamu, kalau ada yang tidak setuju, sebaiknya bagaimana menyampaikannya?

Demo adalah bagian dari proses demokrasi. Dengan menjelaskan demo kepada anak, orang tua juga mengajarkan tentang pentingnya demokrasi, hak asasi manusia, dan cara menyampaikan pendapat dengan bertanggung jawab.

Ajarkan pada anak bahwa setiap orang boleh punya pendapat berbeda, dan perbedaan itu harus dihargai. Demo adalah salah satu cara untuk menyampaikan perbedaan pendapat secara terbuka dan damai.

sumber berita: kompaskumparanhaibunda

05 August 2025

Hasil CKG di 72 Sekolah Rakyat


 

ckg
cek kesehatan gratis di sr

Hasil Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang dilakukan di 72 Sekolah Rakyat pada 2025 mengungkap tiga masalah kesehatan utama yang paling banyak dialami para siswa:

1. Masalah Kesehatan Gigi  
Sekitar 46-49% siswa mengalami masalah gigi, menjadikannya temuan terbanyak dalam pemeriksaan ini. Hal ini menyoroti rendahnya mutu kesehatan gigi dan mulut di kalangan siswa sekolah rakyat, serta pentingnya edukasi dan intervensi kesehatan gigi secara dini.

2. Kurang Bugar  
Sekitar 30-33% siswa dinyatakan kurang bugar. Kondisi kebugaran fisik yang kurang baik dapat berdampak pada penurunan konsentrasi dan prestasi belajar, serta meningkatkan risiko penyakit kronis di masa mendatang.

3. Anemia dan Gangguan Mata  
Selain dua masalah utama di atas, ditemukan pula sekitar 26% siswa mengalami anemia, serta gangguan kesehatan mata dan kesehatan mental seperti kecemasan akibat penggunaan gadget berlebih dan faktor lain.

CKG di sekolah rakyat ini juga memeriksa aspek kesehatan lain seperti status gizi, tekanan darah, aktivitas fisik, kesehatan jiwa (mental), dan riwayat imunisasi. Pemeriksaan ini menjadi referensi penting bagi puskesmas untuk menindaklanjuti masalah-masalah kesehatan siswa, baik secara individual (rujukan ke puskesmas) maupun kelompok (edukasi kesehatan di sekolah).

Setelah temuan masalah kesehatan di 72 Sekolah Rakyat, pada point-point di atas, pemerintah mengambil langkah-langkah berikut:

1. Pelaksanaan Pemeriksaan Lanjutan  
Anak-anak yang ditemukan bermasalah dalam cek kesehatan akan dirujuk ke Puskesmas atau layanan kesehatan resmi untuk pemeriksaan dan pengobatan lebih lanjut secara individual. Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) juga dilakukan secara rutin dan berkelanjutan untuk memperluas cakupan pemeriksaan kesehatan anak sekolah di seluruh Indonesia.

2. Program Edukasi dan Intervensi di Sekolah  
Untuk masalah yang bersifat kelompok atau tren, seperti banyak anak yang obesitas, kurang bugar, atau memiliki masalah mata dan gigi, sekolah bersama Puskesmas akan menyusun program edukasi kesehatan, pola hidup sehat, dan peningkatan kebugaran fisik secara bersama-sama.

3. Peningkatan Akses dan Infrastruktur Kesehatan Sekolah  
Pemerintah menargetkan pelaksanaan CKG menyeluruh mencapai 53 juta siswa di 282 ribu satuan pendidikan, termasuk sekolah negeri, madrasah, pesantren, dan sekolah rakyat berasrama. Hal ini juga diiringi dengan perbaikan fasilitas kesehatan di sekolah dan madrasah agar dapat mendukung kesehatan siswa lebih baik.

4. Deteksi dan Penanganan Kesehatan Jiwa  
Pemerintah mulai memperkenalkan pemeriksaan kesehatan jiwa guna mendeteksi gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi akibat pengaruh gadget dan media sosial, sehingga bisa dilakukan penanganan dini.

5. Pemberdayaan Melalui Kolaborasi Multi-Kementerian  
Program CKG ini melibatkan kerja sama lintas kementerian (Kesehatan, Pendidikan, Agama, Sosial, Kominfo, Dalam Negeri), agar pelaksanaan, pendataan, dukungan teknis, dan penanganan masalah kesehatan siswa optimal dan tepat sasaran.

Langkah-langkah di atas bertujuan membangun generasi sehat, tangguh, dan siap belajar dengan kondisi fisik dan mental prima, terutama bagi siswa sekolah rakyat yang berasal dari keluarga miskin dan miskin ekstrem. Pemerintah berkomitmen memastikan hasil temuan CKG menjadi dasar aksi nyata memperbaiki dan meningkatkan kesehatan anak sekolah secara menyeluruh dan berkelanjutan.

sumber bacaan: detiktempobalkesmasmagelang

15 July 2025

Bediding : Pulau Jawa Dingin


 

haw
Jawa terasa Dingin

Warga Pulau Jawa, akhir-akhir ini, dibuat kaget oleh fenomena cuaca yang tidak biasa: suhu udara yang tiba-tiba turun drastis dan membuat banyak orang menggigil. Fenomena ini dikenal dengan istilah "bediding", yang secara harfiah berarti hawa dingin yang menusuk tulang. Banyak warga bertanya-tanya, ada apa sebenarnya dengan cuaca di Pulau Jawa? 
Dan bagaimana penjelasan dari BMKG mengenai fenomena ini?

Apa Itu Fenomena Bediding?
Fenomena bediding adalah kondisi cuaca di mana suhu udara turun secara signifikan dalam waktu singkat, sehingga membuat udara terasa sangat dingin, bahkan di daerah yang biasanya beriklim tropis seperti Pulau Jawa. Fenomena ini bukan hanya membuat warga merasa tidak nyaman, tapi juga menimbulkan kekhawatiran terkait kesehatan, terutama bagi anak-anak dan orang tua.

Bediding ini menyebabkan suhu di beberapa wilayah Pulau Jawa turun drastis, sehingga banyak warga yang harus mengenakan pakaian tebal dan bahkan menggunakan selimut di pagi hari. Fenomena ini juga membuat aktivitas sehari-hari menjadi terganggu karena udara yang dingin menusuk tulang.

Ada Apa dengan Cuaca di Pulau Jawa?
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena bediding ini. BMKG menyatakan bahwa bediding terjadi akibat adanya massa udara dingin yang berasal dari wilayah Asia Timur yang bergerak ke arah Indonesia. Massa udara dingin ini membawa suhu rendah yang kemudian memengaruhi kondisi cuaca di Pulau Jawa.

Selain itu, BMKG juga menjelaskan bahwa fenomena ini dipengaruhi oleh pola angin dan tekanan udara yang sedang berubah, sehingga udara dingin tersebut bisa masuk dan bertahan lebih lama di wilayah Pulau Jawa. BMKG memprediksi bahwa fenomena bediding ini akan berlangsung hingga beberapa minggu ke depan, tergantung pada dinamika atmosfer yang terus berubah.

Dampak Bediding bagi Warga
Bagi warga, terutama yang tinggal di daerah perkotaan dan pedesaan di Pulau Jawa, bediding membawa dampak nyata. Banyak warga yang mengeluhkan rasa dingin yang ekstrem, bahkan sampai menggigil di pagi hari. Kondisi ini membuat banyak orang harus menyesuaikan aktivitas mereka, seperti mengenakan pakaian hangat, menyiapkan minuman hangat, dan menjaga kesehatan agar tidak mudah terserang flu atau penyakit lain.

Fenomena ini juga memicu kekhawatiran di kalangan orang tua dan tenaga kesehatan, karena suhu dingin yang tiba-tiba bisa memperburuk kondisi kesehatan anak-anak dan lansia. Oleh karena itu, penting bagi warga untuk selalu mengikuti informasi cuaca dari BMKG dan menjaga kesehatan selama masa bediding berlangsung.


sumber: kompasbisnisrepublika

Hari Pertama Masuk Sekolah, Jakarta Macet


 

mac
macet, macet dan macet

Hari pertama masuk sekolah selalu menjadi momen yang dinanti sekaligus dikhawatirkan oleh banyak keluarga di kota besar, seperti kota Jakarta. Tidak hanya sekadar kemacetan biasa, tapi kemacetan yang terjadi benar-benar terasa di mana-mana, membuat perjalanan yang biasanya cepat menjadi sangat lambat dan melelahkan.

Jakarta Selatan: Macet Parah di Pagi Hari
Senin pagi, 14 Juli 2025, di Jakarta Selatan, kecepatan kendaraan hanya mencapai 6 km per jam. Ini artinya, perjalanan yang biasanya bisa ditempuh dengan mudah dalam waktu singkat, kini berubah menjadi perjuangan berat dan panjang melawan kemacetan.

Penyebab utama kemacetan ini adalah lonjakan kendaraan yang mengantar anak-anak ke sekolah. Banyak orang tua yang memilih mengantar langsung anaknya ke sekolah dengan kendaraan pribadi, sehingga volume kendaraan di jalan meningkat drastis. Ditambah lagi, beberapa ruas jalan mengalami penyempitan akibat proyek pembangunan atau perbaikan jalan, yang semakin memperparah kondisi lalu lintas.

Raya Bogor: Titik Macet yang Tak Pernah Sepi
Sementara itu, di Jalan Raya Bogor, kemacetan juga terjadi di mana-mana pada pagi hari yang sama. Kemacetan di jalan ini sudah menjadi pemandangan rutin setiap hari sehingga pertama masuk sekolah menambah padat volume kendaraan. Kepadatan kendaraan yang tinggi membuat pengendara harus bersabar menghadapi antrean panjang yang kadang membuat perjalanan terasa seperti berjalan di tempat.

Jalan Raya Bogor sendiri merupakan salah satu jalur utama yang menghubungkan Jakarta dengan kota-kota di sekitarnya. Karena itu, kemacetan di sini tidak hanya mengganggu warga Jakarta Selatan, tapi juga penduduk dari daerah penyangga yang beraktivitas di ibu kota.

Kemacetan Dimana-Mana
Kemacetan di Jakarta pada hari pertama masuk sekolah benar-benar terjadi di mana-mana. Tidak hanya di Jakarta Selatan dan Raya Bogor, tapi hampir di seluruh wilayah Jakarta. Banyak orang tua yang rela mengantar anaknya ke sekolah demi memastikan keselamatan dan kenyamanan anak, namun hal ini justru menambah beban lalu lintas.

Dampak kemacetan ini sangat luas. Selain membuang waktu, energi dan biaya, kemacetan juga meningkatkan polusi udara dan stres pengendara. Anak-anak yang seharusnya semangat memulai hari di sekolah, bisa jadi sudah kelelahan sebelum sampai di kelas.

Trend kemacetan di hari pertama masuk sekolah di Jakarta adalah gambaran nyata tantangan perkotaan yang harus dihadapi bersama. Kemacetan yang terjadi di mana-mana ini bukan hanya soal kendaraan yang banyak, tapi juga soal bagaimana kita mengelola mobilitas dan kebiasaan sehari-hari.

Sebagai warga kota, kita bisa mulai dari hal kecil, seperti memilih transportasi yang lebih ramah lingkungan dan efisien, serta mendukung kebijakan yang mengurangi kemacetan. Dengan kesadaran dan kerja sama, Jakarta bisa menjadi kota yang lebih nyaman dan ramah untuk semua, terutama bagi generasi muda yang sedang menempuh pendidikan.
 
sumber: kompasdetiktribunnews

11 July 2025

Keluarga Kaya dalam Menguasai Negara


 

kel
keluarga kaya

Dalam sejarah dunia, tidak jarang kita menemukan kisah di mana keluarga kaya dan berkuasa memainkan peran sentral dalam pembentukan dan penguasaan sebuah negara. Ambisi mereka tidak hanya sebatas kekayaan materi, tetapi juga meluas ke ranah politik dan kekuasaan negara. Menariknya, dalam beberapa kasus, kekuasaan ini bahkan diwariskan atau diberikan kepada anak-anak di bawah umur, yang secara hukum dan sosial belum dianggap matang untuk memimpin. Fenomena ini membuka banyak pertanyaan tentang dinamika kekuasaan, legitimasi, dan dampaknya terhadap masyarakat luas.

Keluarga Kaya dan Elite: Motor Penggerak Negara
Ada beberapa negara yang berdiri dan berkembang berkat ambisi satu keluarga kaya dan elite yang menguasai kekuasaan secara turun-temurun. Keluarga-keluarga ini tidak hanya mengandalkan kekayaan finansial, tetapi juga jaringan sosial dan politik yang kuat untuk mempertahankan posisi mereka. Mereka mampu mengendalikan sumber daya negara, kebijakan publik, dan bahkan menentukan arah pembangunan nasional.

Ambisi ini sering kali berakar dari keinginan untuk mempertahankan warisan dan pengaruh keluarga agar tetap lestari. Dalam konteks ini, kekayaan bukan hanya soal materi, tetapi juga soal kekuasaan yang bisa diwariskan. Keluarga kaya ini biasanya memiliki akses ke pendidikan terbaik, koneksi internasional, dan sumber daya yang memungkinkan mereka untuk mengukir sejarah negara sesuai visi mereka.

Liechtenstein adalah salah satu negara terkecil di Eropa yang berdiri sebagai hasil dari ambisi dan strategi sebuah keluarga bangsawan kaya. Dilansir dari laman Forbes, keluarga Liechtenstein, yang merupakan salah satu keluarga bangsawan tertua di Austria, berhasil mengukir wilayah kekuasaan mereka dengan membeli dua daerah kecil, Schellenberg dan Vaduz, pada akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18.

Monako adalah negara kecil yang keberadaannya erat kaitannya dengan strategi cerdik keluarga bangsawan Grimaldi asal Genoa, Italia. Dilansir dari laman Monaco Life, pada 8 Januari 1297, François Grimaldi mengenakan jubah biarawan Fransiskan dan menyelundupkan senjata di balik pakaiannya. Ia berhasil masuk ke benteng utama Monako pada malam hari, membunuh para penjaga, dan merebut wilayah tersebut dari penguasa Genoa saat itu. 

Arab Saudi adalah contoh nyata negara yang lahir dari perpaduan kekuatan politik dan agama yang dipelopori oleh satu keluarga kaya, yakni Dinasti Saud. Dilansir dari Britannica, cikal bakal kerajaan ini bermula pada tahun 1744 ketika Muhammad bin Saud, seorang penguasa lokal di Diriyah, menjalin aliansi dengan ulama Muhammad bin Abdul Wahhab yang mengusung pemurnian ajaran Islam.

Kadipaten dan kepangeranan kecil di wilayah Kekaisaran Romawi Suci, terutama di kawasan Jerman dan Italia lama, menunjukkan bagaimana keluarga bangsawan kaya mampu membentuk entitas politik sendiri di tengah kekuasaan kekaisaran yang luas. Dilansir dari laman Britannica, Kekaisaran Romawi Suci yang berdiri sejak tahun 800 Masehi terdiri dari berbagai kerajaan dan praja kecil yang secara formal berada di bawah kekuasaan Kaisar Romawi Suci, namun secara de facto memiliki otonomi tinggi.


Anak di Bawah Umur sebagai Pemimpin
Salah satu fenomena yang cukup mengejutkan adalah ketika anak-anak di bawah umur—bahkan ada yang masih bayi—ditunjuk sebagai pemimpin negara. Ini bukan sekadar cerita fiksi, melainkan fakta sejarah yang tercatat di beberapa negara. IDN Times mencatat empat negara yang pernah diperintah oleh anak di bawah umur, yang menunjukkan bagaimana kekuasaan bisa diwariskan secara langsung tanpa memperhatikan usia atau kesiapan individu tersebut.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Dalam banyak kasus, penunjukan anak di bawah umur sebagai pemimpin adalah strategi keluarga kaya untuk menjaga kekuasaan tetap berada dalam lingkaran mereka. Dengan menjadikan anak sebagai simbol kekuasaan, keluarga elite dapat mengontrol pemerintahan melalui wali atau penasihat yang mereka pilih. Ini sekaligus menjadi cara untuk menghindari perebutan kekuasaan dari pihak luar.

Namun, fenomena ini juga menimbulkan berbagai masalah. Anak-anak yang belum matang secara emosional dan intelektual tentu tidak mampu membuat keputusan politik yang kompleks. Akibatnya, kekuasaan sering kali dijalankan oleh orang dewasa di sekitar mereka, yang bisa jadi memiliki agenda tersendiri. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik kepentingan dan ketidakstabilan politik.

Pangeran Puyi naik takhta sebagai Kaisar Qing terakhir Tiongkok pada usia yang sangat muda, tepatnya saat berumur dua tahun pada Desember 1908. Dilansir dari laman Britannica, ia diangkat menjadi kaisar setelah kematian pamannya, Kaisar Guangxu, dan menjalani masa pemerintahan di bawah pengawasan para wali karena usianya yang masih balita. Pada 1912, Puyi dipaksa turun takhta menyusul Revolusi Xinhai yang mengakhiri lebih dari dua ribu tahun sistem kekaisaran di Tiongkok, meskipun ia diizinkan tetap tinggal di Istana Terlarang dengan gelar kehormatan.

Raja Faisal II naik takhta Irak saat usianya baru sekitar tiga tahun setelah ayahnya, Raja Ghazi I, meninggal dalam kecelakaan mobil pada 1939. Dilansir dari laman Alchetron, karena Faisal masih terlalu muda untuk memerintah, pamannya, Abd al-Ilah, diangkat sebagai wali raja yang menjalankan pemerintahan hingga Faisal resmi mengambil alih kekuasaan pada tahun 1953. Faisal II menempuh pendidikan di Harrow School, Inggris, sebelum kembali ke Irak untuk menghadapi berbagai tantangan politik dan sosial di negerinya.

Raja Louis XIII mulai memerintah Prancis pada usia 8 tahun, setelah ayahnya, Raja Henri IV, wafat pada tahun 1610. Dilansir dari laman History Learning Site, karena masih terlalu muda untuk memerintah sendiri, ibunya, Marie de Médicis, ditunjuk sebagai wali raja dan menjalankan pemerintahan atas namanya. Masa kecil Louis XIII diwarnai oleh berbagai intrik kekuasaan dan ketegangan politik di istana, yang menjadi tantangan berat bagi raja muda di tengah kondisi Prancis yang sedang goyah.

Raja Tutankhamun naik takhta Mesir Kuno pada usia sekitar 9 tahun, menggantikan ayahnya Akhenaten pada masa Dinasti Kedelapanbelas sekitar tahun 1333 SM. Dilansir dari laman National Geographic, meskipun usianya masih sangat muda, Tutankhamun memimpin Mesir di tengah masa yang penuh gejolak, termasuk pemulihan agama tradisional setelah perubahan radikal yang dilakukan ayahnya. Karena usianya yang belia, pemerintahan Raja Tut banyak dibimbing oleh penasihat kuat seperti Wazir Agung Ay dan Jenderal Horemheb.
 

10 July 2025

Sekolah Rakyat (akan) Mulai 14 Jul 2025


 

sek
mulai 14 Jul 2025

Pendidikan adalah hak setiap orang, termasuk anak dan termasuk mereka yang selama ini hidup di jalanan dan sulit mengakses sekolah formal. Di Indonesia, fenomena anak jalanan bukan hal baru, dan selama ini mereka seringkali terpinggirkan dari sistem pendidikan konvensional. Sebuah terobosan baru yang akan dimulai pada 14 Juli 2025, yaitu Sekolah Rakyat berbasis aplikasi, hadir sebagai jawaban atas tantangan ini. Program ini tidak hanya menawarkan pendidikan boarding/asrama (tapi siswa dapat pulang saat liburan) yang mudah diakses, tapi juga memberikan harapan agar anak-anak jalanan bisa lebih percaya diri dengan mendapatkan masa depan yang lebih baik.

Anak Jalanan
Anak jalanan biasanya menghadapi berbagai hambatan untuk bersekolah, mulai dari keterbatasan waktu karena harus bekerja, tidak adanya dokumen resmi, hingga stigma sosial. Mereka seringkali tidak bisa mengikuti sistem pendidikan formal yang kaku dan menuntut kehadiran fisik setiap hari. Akibatnya, banyak dari mereka yang putus sekolah dan terjebak dalam lingkaran kemiskinan.

Melihat kondisi ini, Kementerian Sosial (Kemensos) Indonesia "menargetkan" anak jalanan sebagai sasaran utama program Sekolah Rakyat. Program ini dirancang khusus untuk menjawab kebutuhan mereka yang selama ini sulit mengakses pendidikan formal.

Sekolah Rakyat Berbasis Aplikasi
Keunikan Sekolah Rakyat terletak pada penggunaan "teknologi aplikasi"  sebagai media pembelajaran melalui dunia maya (internet). Dengan aplikasi ini, anak-anak jalanan bisa belajar kapan saja dan di mana saja tanpa harus terikat dengan jadwal sekolah konvensional. Ini sangat penting karena anak-anak tersebut seringkali harus bekerja atau berpindah-pindah tempat.

Aplikasi ini menyediakan materi pembelajaran yang interaktif dan mudah dipahami, sehingga anak-anak bisa belajar secara mandiri dengan bimbingan dari guru atau fasilitator yang terhubung "secara online". Selain itu, aplikasi ini juga memungkinkan mereka untuk berkomunikasi dan berdiskusi dengan teman sebaya, sehingga mereka tetap merasakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak terisolasi.

Bisa Pulang
Salah satu kekhawatiran terbesar bagi anak jalanan adalah keterpisahan dari keluarga. Banyak dari mereka yang hidup di jalanan karena berbagai alasan, termasuk masalah keluarga. Program Sekolah Rakyat (dengan sistim boarding school) memberikan solusi dengan kebijakan yang memungkinkan siswa untuk pulang saat libur nasional dan hari besar. Ini sangat penting untuk menjaga ikatan emosional mereka dengan keluarga dan lingkungan asal.

Dengan adanya kesempatan pulang ini, anak-anak tidak hanya mendapatkan pendidikan, tapi juga dukungan psikologis yang sangat dibutuhkan agar mereka bisa tumbuh menjadi generasi yang tangguh dan berdaya. Kebijakan ini juga menunjukkan bahwa program ini tidak hanya fokus pada aspek akademik, tapi juga pada kesejahteraan sosial anak-anak jalanan.

Sekolah Rakyat, yang direncanakan dimulai pada 14 Juli 2025, berbasis aplikasi online ini diharapkan bisa menjadi jembatan bagi anak jalanan untuk keluar dari lingkaran kemiskinan dan keterbatasan. Dengan pendidikan yang fleksibel dan mudah diakses, mereka bisa mengembangkan potensi diri dan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih masa depan yang lebih baik.

Selain itu, program ini juga membuka peluang bagi pemerintah dan masyarakat untuk lebih peduli dan terlibat dalam pemberdayaan anak jalanan. Dengan teknologi sebagai alat bantu, pendidikan bisa menjadi lebih inklusif dan merata.
 
sumber berita: tempodetikkompas
 
 
Update 14 Jul 2025
Antrean Kamar Asrama
Senin pagi 14 Jul 2025, hari pertama masa orientasi di Sekolah Rakyat Menengah Sentra Terpadu Inten Soeweno, Kelurahan Karadenan, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, dipenuhi antrean siswa siswa. Puluhan siswa berseragam putih-merah khas Sekolah Dasar (SD) mengular di halaman depan asrama untuk mengikuti pembagian nomor kamar asrama. Mereka tampak datang membawa tas, koper, hingga kantong belanja berisi perlengkapan pribadi. Beberapa orangtua tampak turut mendampingi anak-anak mereka, berdiri di sisi antrean sambil menunggu giliran.

sumber: kompas 
 
Update 16 Jul 2025
Orang Tua Murid
Sebanyak 180 siswa diantar langsung oleh orang tua mereka ke Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL), lokasi tempat Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 13 Kota Bekasi beroperasi.  
 
Salah satu orang tua siswa, Wuryani (15 Jul2025) mengungkapkan rasa syukur dan kebahagiaannya:
Rasanya kayak nggak nyangka, Bu. Saya bersyukur sekali bisa melihat anak saya sekolah.

sumber: detik

05 July 2025

Anak Kecanduan Gadget


 

can
gadget anak

Peraturan Pemerintah
Pemerintah menyikapi bahaya kecanduan gawai atau gadget bagi anak-anak. Langkah yang dilakukan yaitu menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Perlindungan Anak (PP Tunas).

Tim perumus PP Tunas Rose Mini Agoes Salim (29 Maret 2025) :
Kecanduan terhadap gawai serupa dengan ketergantungan pada narkoba. Ujung-ujungnya mengganggu perkembangan fungsi otak, merusak  fungsi working memory, defisit atensi, membuat anak berperilaku kompulsif. Serta kesulitan dalam melakukan aktivitas offline yang membutuhkan pemikiran mendalam dan bermakna.

Lingkungan Pengajian
Gadget ibarat dua mata pisau. Di satu sisi, bisa menjadi media pembelajaran yang baik, namun di sisi lain mampu menggeser kebiasaan positif bila tidak diawasi dengan bijak. Saat ini, banyak anak lebih memilih bermain game di rumah atau nongkrong di warnet daripada ikut pengajian di masjid.

Beberapa dampak nyata yang ditemui di lapangan antara lain: 
  1. Minat anak untuk mengikuti pengajian dan majelis taklim semakin menurun. 
  2. Kegiatan mengaji dianggap kalah menarik dibanding konten-konten hiburan digital. 
  3. Kebiasaan membaca dan menghafal Al-Qur’an perlahan memudar karena perhatian anak-anak lebih tersedot ke gadget. Jika tidak segera diatasi, generasi muda Qur’ani dan tradisi keilmuan Islam bisa terus melemah seiring perkembangan teknologi.

Tips
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Pusat, Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto memberikan beberapa tips untuk orang tua dalam mengatasi anak yang kecanduan gadget.
  1. Beri Edukasi bahwa Gadget Bisa Berbahaya.
  2. Membatasi Penggunaan Gadget
  3. Kenalkan dengan Permainan Tradisional
 
sumber: metrotvnewsnudetik

03 July 2025

Blok M Jakarta Selatan, Ikon Pop ke Pusat Kreatif


 

blo
kawasan blok m

Blok M, sebuah kawasan yang terletak di Jakarta Selatan, telah menjadi salah satu ikon kota yang tak lekang oleh waktu. Dikenal sebagai pusat perbelanjaan, hiburan, dan budaya, Blok M mengalami pasang surut yang mencerminkan dinamika perkotaan Jakarta.

Sejarah dan Kejayaan Blok M
Pada tahun 80-90an, Blok M dikenal sebagai pusat hiburan yang ramai, dengan berbagai tempat karaoke, bioskop, dan pusat perbelanjaan. Kawasan ini menjadi tempat berkumpulnya anak muda dan menjadi simbol gaya hidup urban Jakarta. Pasang surut Blok M dimulai ketika banyak pusat perbelanjaan baru bermunculan di Jakarta, yang menawarkan pengalaman berbelanja yang lebih modern dan menarik. Hal ini menyebabkan Blok M kehilangan daya tariknya dan mengalami penurunan jumlah pengunjung.

Namun, meskipun mengalami penurunan, Blok M tidak pernah sepenuhnya hilang dari peta Jakarta, terutama kaasan Jakarta Selatan. Kawasan ini tetap memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi mereka yang merindukan nostalgia masa muda lalu. Banyak orang masih mengingat Blok M sebagai tempat yang penuh kenangan, dan ini menjadi modal penting untuk kebangkitan kawasan ini.

Menuju Pusat Kreatif
Dalam beberapa tahun terakhir, Blok M mulai berbenah diri. Otoritas setempat dan pengelola kawasan berupaya untuk mengubah citra Blok M dari sekadar pusat hiburan menjadi pusat kreatif yang lebih beragam. Berbagai inisiatif telah dilakukan, seperti mengadakan festival seni, pameran, dan acara komunitas yang melibatkan seniman lokal. Ini adalah langkah strategis untuk menarik kembali pengunjung, baik lokal maupun mancanegara.

Salah satu upaya yang menarik perhatian adalah pengembangan ruang publik yang ramah bagi pejalan kaki. Dengan menciptakan area yang nyaman dan menarik, diharapkan pengunjung akan lebih betah berlama-lama di Blok M. Selain itu, pengembangan fasilitas seperti kafe, galeri seni, dan ruang pertunjukan juga menjadi bagian dari transformasi ini. Semua ini bertujuan untuk menciptakan suasana yang lebih hidup dan dinamis.

Pengunjung
Antusiasme pengunjung terhadap Blok M juga mulai meningkat. Banyak orang, terutama generasi muda, yang penasaran untuk menjelajahi kembali kawasan ini. Mereka datang untuk menikmati berbagai acara yang diadakan, serta merasakan suasana yang berbeda dari yang mereka kenal sebelumnya. Blok M kini menjadi tempat yang tidak hanya menawarkan belanja, tetapi juga pengalaman budaya yang kaya.

Kegiatan-kegiatan yang melibatkan komunitas lokal juga semakin banyak dilakukan. Ini menciptakan rasa kepemilikan di kalangan warga sekitar, yang merasa bahwa mereka berkontribusi dalam menghidupkan kembali Blok M. Dengan melibatkan masyarakat, Blok M tidak hanya menjadi sekadar tempat, tetapi juga menjadi bagian dari identitas mereka.

Blok M Jakarta adalah contoh nyata dari pasang surut yang dialami oleh banyak kawasan urban di seluruh dunia. Dari masa kejayaannya sebagai ikon pop hingga upaya kebangkitan sebagai pusat kreatif, Blok M menunjukkan bahwa perubahan adalah hal yang mungkin dilakukan dengan kolaborasi dan inovasi.
 

23 June 2025

Kebiasaan Scrolling Media Sosial: Mengapa Sulit Berhenti dan Bagaimana Mengatasinya?


 

jar
sebelum tidur

Hai Sobat! Pernahkah kamu merasa waktu berlalu begitu cepat saat asyik scrolling media sosial? Tiba-tiba saja kita lupa waktu, lupa makan, bahkan lupa tidur. 

Mengapa Kita Sulit Berhenti Scrolling?
Tahukah kamu? 
Data menunjukkan bahwa Indonesia memiliki 143 juta pengguna media sosial aktif (hootsuite, Jan 2025), yang mencakup lebih dari setengah populasi kita (285 juta jiwa). 
Angka yang cukup mengejutkan, bukan? 
Yang lebih menarik lagi, rata-rata , Gen-Z, remaja Indonesia (Studi dari Common Sense Media pada 2022)menghabiskan 7-9 jam sehari di depan layar, sebagian besar untuk scrolling media sosial .

Dopamin: Si Pembuat Kecanduan
Ketika kita scrolling media sosial, otak kita melepaskan hormon dopamin (hormon yang membuat kita merasa senang dan puas). Inilah penyebab mengapa kita sering lupa waktu saat berselancar di media sosial. Layaknya bermain game atau makan makanan lezat, scrolling media sosial memberikan "hadiah" berupa konten yang menarik, yang membuat kita terus ingin lebih.

FOMO: Takut Ketinggalan Update
Fenomena "Fear of Missing Out" atau FOMO membuat kita sulit berhenti scrolling. Kita selalu ingin tahu update terbaru dari teman-teman, berita terkini, atau tren viral. Hal ini sering memicu kecemasan jika tidak mengecek media sosial secara berkala .

Dampak Negatif yang Perlu Kita Waspadai, diantaranya:

Kesehatan Mental Terganggu
Penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan scrolling berlebihan dapat menyebabkan:
- Meningkatnya tingkat depresi dan kecemasan
- Gangguan tidur
- Penurunan produktivitas
- Masalah konsentrasi 

Isolasi Sosial
Meskipun media sosial seharusnya menghubungkan kita dengan orang lain, penggunaan berlebihan justru dapat menyebabkan isolasi sosial. Banyak orang menjadi lebih suka menyendiri dengan gadgetnya daripada berinteraksi langsung dengan orang lain .

Bagaimana Cara Berhenti dari Kebiasaan Ini?

1. Mulai dengan "Digital Detox"
Digital detox tidak berarti harus menghilangkan media sosial sepenuhnya. Kamu bisa mulai dengan:
- Menetapkan "jam bebas gadget"
- Menonaktifkan notifikasi yang tidak penting
- Mencoba aktivitas offline yang menyenangkan 

2. Atur Waktu dengan Bijak
Para ahli psikologi sosial Indonesia merekomendasikan untuk:
- Menggunakan fitur screen time di smartphone
- Memasang aplikasi pembatas waktu
- Membuat jadwal khusus untuk mengecek media sosial 

3. Temukan Aktivitas Pengganti
Banyak orang yang berhasil mengurangi kebiasaan scrolling melaporkan peningkatan mood dan produktivitas setelah menggantinya dengan aktivitas lain seperti:
- Membaca buku
- Olahraga
- Hobi kreatif
- Berkumpul dengan keluarga atau teman 

Tips Praktis untuk Mulai Berubah
1. Mulai dari Yang Kecil. Jangan langsung memaksa diri berhenti total. Mulailah dengan mengurangi 30 menit setiap hari.

2. Gunakan Alarm. Pasang alarm sebagai pengingat ketika waktu scrolling sudah habis.

3. Jauhkan Gadget Saat Tidur. Letakkan smartphone di luar kamar tidur untuk menghindari godaan scrolling sebelum tidur.

4. Cari Dukungan. Ajak teman atau keluarga untuk sama-sama mengurangi penggunaan media sosial.

Kebiasaan scrolling media sosial memang sulit untuk dihentikan, tapi bukan berarti tidak mungkin dikendalikan. Yang terpenting adalah memulai dengan langkah kecil dan konsisten. Ingatlah bahwa tujuan kita bukan untuk berhenti total dari media sosial, melainkan menciptakan keseimbangan yang sehat antara dunia digital dan kehidupan nyata.
 

16 June 2025

Akibat Kurang Tidur Pada Remaja


 

kur
akibat kurang tidur

Tidur adalah salah satu kebutuhan dasar manusia yang sering kali diabaikan, terutama oleh remaja. Dalam era digital saat ini, di mana gadget dan media sosial mendominasi waktu luang, banyak remaja yang mengalami kurang tidur. Hal ini tidak hanya berdampak pada kesehatan fisik, tetapi juga kesehatan mental dan perilaku mereka. Mari kita bahas lebih dalam mengenai akibat kurang tidur pada remaja, serta bagaimana hal ini dapat berhubungan dengan kesehatan mental dan potensi perilaku kriminal.

Pentingnya Tidur bagi Kesehatan Mental
Tidur yang cukup sangat penting untuk kesehatan mental remaja. Menurut penelitian, kurang tidur dapat menyebabkan gangguan mood, kecemasan, dan depresi. Tidur yang berkualitas membantu otak dalam memproses informasi dan mengatur emosi. Ketika remaja tidak mendapatkan cukup tidur, mereka cenderung lebih mudah tersinggung dan mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Sebuah artikel dari IDN Times menyebutkan bahwa remaja yang cukup tidur memiliki kemampuan kognitif yang lebih baik. Mereka lebih mampu berpikir kritis dan mengambil keputusan yang tepat. Sebaliknya, remaja yang kurang tidur sering kali mengalami penurunan kemampuan berpikir dan daya ingat, yang dapat mempengaruhi prestasi akademis mereka.

Hubungan Antara Kurang Tidur dan Kriminalitas
Kurang tidur tidak hanya berdampak pada kesehatan mental, tetapi juga dapat meningkatkan risiko perilaku kriminal. National Geographic melaporkan bahwa remaja yang kurang tidur lebih rentan untuk terlibat dalam tindakan kriminal. Hal ini mungkin disebabkan oleh ketidakmampuan mereka untuk mengontrol emosi dan impuls, yang sering kali diperburuk oleh kelelahan.

Ketika remaja tidak mendapatkan tidur yang cukup, mereka mungkin menjadi lebih agresif dan kurang mampu menilai situasi dengan baik. Ini dapat menyebabkan mereka terlibat dalam perilaku berisiko, seperti tawuran atau penggunaan narkoba. Dalam jangka panjang, perilaku ini dapat berkontribusi pada masalah yang lebih serius, termasuk keterlibatan dalam sistem peradilan pidana.

Dampak Jangka Panjang dari Kurang Tidur
Dampak kurang tidur pada remaja tidak hanya bersifat sementara. Jika kebiasaan tidur yang buruk terus berlanjut, dapat menyebabkan masalah kesehatan yang lebih serius di kemudian hari. Remaja yang sering kurang tidur berisiko tinggi mengalami gangguan mental yang lebih parah, seperti depresi kronis atau gangguan kecemasan. Selain itu, mereka juga lebih mungkin mengalami masalah kesehatan fisik, seperti obesitas dan penyakit jantung, yang dapat berkontribusi pada penurunan kualitas hidup secara keseluruhan.

Kurang tidur pada remaja adalah masalah serius yang dapat berdampak luas pada kesehatan mental dan perilaku mereka. Dengan memahami pentingnya tidur dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kualitas tidur, kita dapat membantu remaja menjalani kehidupan yang lebih sehat dan produktif. Tidur yang cukup bukan hanya tentang istirahat, tetapi juga tentang memberikan kesempatan bagi remaja untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, baik secara mental maupun fisik.
 

22 May 2025

KPAI Sidak Program MBG


 

kpa
KPAI sidak di Singaparna

Perhatian masyarakat Indonesia tertuju pada program Makanan Bergizi Gratis (MBG) khususnya keracunan yang terjadi di Tasikmalaya. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke dapur umum yang terlibat dalam program ini setelah terungkap bahwa lebih dari 1.300 anak diduga mengalami keracunan akibat makanan yang disediakan. Kasus ini bukan hanya mencerminkan masalah kesehatan, tetapi juga menyoroti pentingnya pengawasan dan akuntabilitas dalam penyediaan makanan untuk anak-anak.

Temuan KPAI di Dapur Umum
Dalam sidak yang dilakukan di Singaparna, KPAI menemukan bahwa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab atas penyediaan makanan belum dibayar, dengan total tunggakan mencapai Rp 1 miliar. Hal ini menimbulkan pertanyaan besar mengenai pengelolaan dana dan akuntabilitas dalam program MBG. Ketidakpastian dalam pembayaran dapat berdampak langsung pada kualitas bahan makanan yang digunakan, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kesehatan anak-anak yang menjadi sasaran program ini.

KPAI juga mencatat bahwa dapur umum yang terlibat dalam program ini belum memiliki pengalaman yang memadai dalam mengelola penyediaan makanan yang aman dan bergizi. Ini menunjukkan bahwa ada kebutuhan mendesak untuk meningkatkan kapasitas dan pelatihan bagi pengelola dapur umum agar mereka dapat memenuhi standar yang diperlukan dalam penyediaan makanan untuk anak-anak.

Keracunan Makanan: Apa yang Terjadi?
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mencatat bahwa terdapat 17 kasus keracunan yang terjadi di 10 provinsi, termasuk di Jawa Barat. Keracunan makanan ini bukan hanya masalah lokal, tetapi juga mencerminkan tantangan yang lebih besar dalam sistem penyediaan makanan untuk program-program pemerintah. Ketidakberdayaan dalam mengelola dapur umum dan memastikan kualitas makanan yang disajikan dapat berakibat fatal, terutama bagi anak-anak yang rentan.

Kasus keracunan ini menunjukkan bahwa ada celah dalam sistem pengawasan yang seharusnya melindungi anak-anak dari makanan yang tidak aman. Penting bagi BPOM dan instansi terkait untuk melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap dapur umum dan memastikan bahwa semua bahan makanan yang digunakan memenuhi standar keamanan pangan.

Mengapa Pengawasan Itu Penting?
Pengawasan yang ketat terhadap dapur umum dan program penyediaan makanan sangat penting untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. KPAI menekankan bahwa transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana dan penyediaan makanan harus menjadi prioritas utama. Tanpa pengawasan yang memadai, risiko keracunan dan masalah kesehatan lainnya akan terus mengintai anak-anak yang seharusnya mendapatkan gizi yang baik.

Pentingnya pengawasan ini juga mencakup keterlibatan masyarakat dalam memantau kualitas makanan yang disajikan. Masyarakat dapat berperan aktif dengan memberikan masukan dan melaporkan jika menemukan indikasi adanya masalah dalam penyediaan makanan. Dengan demikian, pengawasan tidak hanya menjadi tanggung jawab pemerintah, tetapi juga melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat.

Tanggung Jawab Bersama
Kasus ini juga mengingatkan kita akan tanggung jawab bersama dalam menjaga kesehatan anak-anak. Orang tua, masyarakat, dan pemerintah harus bekerja sama untuk memastikan bahwa program-program seperti MBG dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat yang maksimal. Keterlibatan masyarakat dalam mengawasi dan memberikan masukan terhadap program-program ini sangat diperlukan agar tidak terjadi lagi kasus keracunan yang merugikan anak-anak.

Pendidikan tentang pentingnya gizi dan keamanan pangan juga harus menjadi bagian dari program-program ini. Dengan memberikan informasi yang tepat kepada orang tua dan masyarakat, kita dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya memilih makanan yang aman dan bergizi untuk anak-anak.
 

25 April 2025

Hikayat Kantin Sekolah


 

kan
makan bergizi gratis

Seharusnya, sekolah menjadi "rumah kedua" bagi anak-anak kita dalam mengikuti proses belajar. Demikian juga halnya, anak-anak bisa menikmati asupan gizi, untuk pertumbuhannya, di kantin sekolah. Namun, ternyata kantin sekolah belum menjadi tempat aman buat memenuhi kebutuhan gizi murid.

Sebelum Tahun 2025
Realita yang terjadi, misalnya 40 siswa SDN 5 Panji, Desa Panji, Kecamatan Sukasada, Buleleng, dilarikan ke rumah sakit(11 Oktober 2017), setelah mengalami gejala keracunan usai makan nasi bungkus di kantin sekolah. Kasus serupa yang terjadi di Bandar Lampung, di mana 12 siswa SD mengalami nasib yang sama (23 Oktober 2024).

Fenomena keracunan makanan kantin sekolah sebenarnya bukanlah hal yang baru. Pada 30 Juli 2024 dilaporkan bahwa 5 siswa SD Negeri 39 Palembang mengalami keracunan makanan. Sebelumnya, pada bulan Mei 2024 terdapat 28 siswa di Rangsang, Kabupaten Kepulauan Meranti, yang juga mengalami gejala keracunan setelah makan makanan yang dijual di kantin. Lalu, pada bulan April 2024 juga dilaporkan ada puluhan siswa SDN Ketanggi Rembang yang keracunan makanan kantin.

Mengapa Masih Terjadi?
1. Pengawasan yang Masih Lemah
Meskipun sudah ada regulasi dari Kementerian Kesehatan tentang standar kantin sehat, pengawasannya masih belum maksimal. Ibarat kata, peraturan bagus di atas kertas, tapi implementasinya masih jauh panggang dari api.

2. Kesadaran yang Masih Kurang
Banyak pengelola kantin yang belum memahami pentingnya kebersihan dan keamanan pangan. Padahal, ini bukan sekadar masalah untung-rugi, tapi menyangkut kesehatan anak-anak kita.


Penyakit Lama
Terlalu semberono bila kemudian mengatakan bahwa MBG menyebabkan beberapa kejadian "keracunan" di sekolah pada tahun 2025 (spt di Cianjur dan Bombana, misalnya). Karena sebelum MBG dijalankan, anak sekolah keracunan dari kantin sekolah sudah biasa terjadi. Ini "penyakit lama" yang belum sembuh dan sepertinya belum ditemukan obatnya oleh komunitas pendidikan kita.

Program MBG (Makan Bergizi Gratis)
Pelaksanaan Program MBG yang telah dilaksanakan di banyak lokasi sekolah di Indonesia, walau belum terlaksana di seluruh sekolah, memberikan data penting bahwa sekitar 5% terjadinya resiko keracunan makanan di sekolah. Kita berharap data sahih ini bisa "mendorong" penyelenggara Program MBG bekerja lebih professional, tidak mengulangi apa yang telah dilakukan sebelumnya oleh "pengelola kantin sekolah".

Namun, kita juga tidak bisa berharap pada kecanggihan teknologi dan manajemen modern bisa serta-merta menyelesaikan persoalan kehidupan kita. Walaupun bus umum sudah memakai teknologi terbaru dan manajemen modern perusahaan transportasi publik, tidak berarti keruwetan lalu-lintas bisa teratasi. Pengawasan dan Kesadaran akan kualitas kantin sekolah harus diselesaikan oleh komunitas pendidikan.
 
sumber berita:

15 April 2025

Anak SMA Jadi "Kelinci Percobaan"


 

ana
anak SMA

Belum genap setahun diberlakukan skema "peminatan" oleh Nadiem Makarim (yang "mematikan" penjurusan IPA-IPS), sistem penjurusan IPA-IPS di SMA "dihidupkan" kembali oleh kebijakan  Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Muti.   

Lalu, mengapa kebijakan pendidikan kita seperti "kelinci percobaan", terus berubah tanpa evaluasi mendalam, dengan memakai sudut pandang manusiawi?  

Sejarah Bolak-Balik Sistem Penjurusan SMA
Sejak era 1970-an, penjurusan SMA di Indonesia selalu berubah-ubah:  
1. Kurikulum 1975: Ada jurusan IPA, IPS, dan Bahasa.  
2. Kurikulum 2006 (KTSP): Tetap mempertahankan tiga jurusan.  
3. Kurikulum 2013: Penjurusan dihapus, diganti peminatan lintas minat.  
4. 2021: Nadiem kembalikan sistem IPA-IPS.  
5. 2024: Sistem itu "dimatikan" lagi, kembali ke konsep peminatan. Dan 2025, "dihidupkan" lagi.

Menurut Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (P2G), perubahan ini ibarat "eksperimen" yang membuat siswa dan guru bingung. "Setiap 5 tahun, anak Indonesia jadi kelinci percobaan," kritik Koordinator P2G, Indra Charismiadji.  

Kenapa Sistem IPA-IPS Kembali Dihidupkan?
Jurusan yang akan 'dihidupkan' kembali ini memang terkait TKA (Tes Kemampuan Akademik) buat SMA sebagai pengganti ujian nasional yang akan dimulai pada November 2025. Hal ini lantaran TKA buat kelas 12 SMA bisa digunakan untuk pembobotan untuk mendaftar ke perguruan tinggi negeri tanpa tes. PTN seperti UI, UGM, dan ITB masih menggunakan nilai mata pelajaran jurusan IPA/IPS sebagai syarat.  

Perubahan sistem penjurusan SMA yang terus "dimatikan" kemudian "dihidupkan" kembali hanya menambah kebingungan. Pihakn Siswa (dan keluarga) akan tidak mudah mengatur rencana pendidikan (dari SMA ke PT) dan karir hidup masa depan. Ini mempertebal budaya kita, panah dahulu lalu buat lingkaran target di tempat anak panah tersebut tertancap. Kita semakin abai terhadap tahapan "rencana".
 
sumber berita: detiktempojpnn

14 April 2025

Permainan Tradisional Anak


 

lay
Layang-layang

Di tengah perkembangan teknologi yang pesat, permainan tradisional anak sering kali terlupakan. Namun, bagi banyak orang, permainan seperti layang-layang dan petak umpet membawa kembali kenangan indah masa kecil yang penuh keceriaan. Permainan ini juga punya dampak terhadap perkembangan anak.

Petak Umpet: Dasar Mengasah Mencari
Bagi generasi 80-90an, permainan tradisional adalah bagian tak terpisahkan dari masa kecil. Banyak yang merindukan momen-momen ketika mereka bermain di luar rumah, berlari-lari, dan bersosialisasi dengan teman-teman. Permainan seperti petak umpet tidak hanya menghibur, tetapi juga mengajarkan anak-anak tentang strategi, kerjasama, dan kepercayaan diri. Dalam petak umpet, anak-anak belajar untuk bersembunyi dan mencari, yang melatih keterampilan observasi dan ketangkasan mereka.

Layang-Layang: Simbol Kebebasan dan Kreativitas
Permainan layang-layang juga memiliki tempat istimewa di hati banyak orang. Selain menjadi simbol kebebasan, bermain layang-layang mengajarkan anak-anak tentang fisika dasar, seperti angin dan gravitasi. Proses membuat dan menerbangkan layang-layang juga merangsang kreativitas dan keterampilan motorik halus. Anak-anak belajar untuk merancang layang-layang mereka sendiri, memilih warna, dan bahkan menamai layang-layang tersebut. Ini adalah pengalaman yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga mendidik.

Dampak Positif Permainan Tradisional
Permainan tradisional seperti petak umpet dan layang-layang memiliki dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan anak. Pertama, permainan ini mendorong anak untuk aktif secara fisik, yang sangat penting di era di mana anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar. Aktivitas fisik membantu meningkatkan kesehatan fisik dan mental mereka.

Kedua, permainan ini juga memperkuat hubungan sosial. Anak-anak belajar untuk berinteraksi, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan teman-teman mereka. Ini adalah keterampilan sosial yang sangat penting untuk perkembangan emosional dan mental mereka. Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, pengalaman bermain secara langsung ini menjadi semakin berharga.

Permainan Digital di Era Modern
Namun, tantangan muncul ketika permainan tradisional mulai tergeser oleh permainan digital. Banyak anak lebih memilih bermain video game daripada bermain di luar. Ini menjadi perhatian bagi orang tua dan pendidik, karena permainan digital sering kali tidak memberikan manfaat yang sama seperti permainan tradisional. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mendorong anak-anak untuk kembali ke permainan tradisional, mengingat banyak manfaat yang bisa mereka peroleh.

Permainan tradisional seperti layang-layang dan petak umpet bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga alat pendidikan yang berharga. Mereka mengajarkan anak-anak tentang kerjasama, kreativitas, dan kesehatan fisik. Dengan menghidupkan kembali permainan ini, kita tidak hanya mengingat masa kecil yang indah, tetapi juga memberikan anak-anak kita kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan cara yang lebih holistik.
 
sumber berita: vivakumparanrri
 
Updated 7 Juli 2025
Festival Layang-Layang Tingkat Nasional Tahun 2025 dan Expo Euphoria Rakyat

Festival ini berlangsung pada 5–6 Juli 2025 di Pantai Ketawang, Kecamatan Grabag. Diramaikan oleh 23 tim pelayang nasional dari berbagai provinsi di Indonesia. Event ini bahkan menarik perhatian 2 tim internasional dari Swedia dan Singapura. Hal ini menandai level baru pencapaian event "Layang-Layang" bertaraf nasional yang mulai menembus pasar internasional
 
sumber: kompas 

21 February 2025

Perlukah Regulasi Medsos Dibatasi?


 

reg
Regulasi Umur

Di era digital, media sosial (medsos) sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia, termasuk anak-anak. Namun, belakangan ini wacana pembatasan umur pengguna medsos mencuat. Mulai dari desakan organisasi pemuda hingga dukungan publik figur, banyak pihak menyerukan regulasi lebih jelas untuk melindungi generasi muda. Tapi, seberapa mendesak kebutuhan ini?

Anak-Anak di Medsos  
Sekitar 37% anak usia 10-12 tahun di Indonesia sudah aktif bermedsos. Padahal, platform seperti Instagram, TikTok, atau Facebook secara global menetapkan batas usia minimal 13 tahun. Sayangnya, aturan ini sering diabaikan karena minimnya verifikasi identitas. Akibatnya, anak-anak rentan terpapar konten negatif seperti cyberbullying, eksploitasi seksual, atau informasi hoaks. Nurul Arifin, anggota Komisi I DPR, menegaskan bahwa pembatasan umur bukan sekadar wacana, tapi kebutuhan mendesak untuk memastikan ruang digital yang aman bagi anak.  

Regulasi dan Tantangan Teknis
PB PMII, organisasi mahasiswa terbesar di Indonesia, mendesak pemerintah segera merumuskan regulasi tegas. Mereka menekankan bahwa negara harus hadir melindungi anak dari dampak buruk medsos, termasuk kecanduan gadget dan gangguan mental. Namun, tantangan teknis seperti verifikasi usia menjadi kendala utama. Saat ini, mayoritas platform hanya mengandalkan pengisian tanggal lahir manual—yang mudah dimanipulasi. Di negara lain, beberapa medsos mulai menggunakan teknologi facial recognition atau juga dengan verifikasi melalui dokumen resmi. Tapi, di Indonesia, sistem ini belum optimal dan berpotensi menimbulkan masalah privasi.  

Dukungan Masyarakat Harus Dibangun Bersama
Dukungan publik terhadap pembatasan umur medsos sebenarnya cukup tinggi. Survei BBC Indonesia menunjukkan 68% orang tua setuju ada aturan lebih ketat. Namun, upaya ini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Kolaborasi dengan platform medsos, sekolah, dan keluarga diperlukan. Misalnya, TikTok sudah menerapkan fitur Family Pairing yang memungkinkan orang tua mengontrol akun anak. Di sisi lain, edukasi literasi digital harus digencarkan agar orang tua paham cara memantau aktivitas online anak tanpa melanggar privasi mereka.  

Menjaga Keseimbangan  
Meski regulasi diperlukan, pembatasan usia medsos tidak boleh menjadi solusi instan. Pemerintah perlu memastikan aturan tidak justru meminggirkan akses anak pada informasi positif. Di daerah terpencil, misalnya, medsos sering menjadi sumber belajar alternatif. Selain itu, perlu diingat bahwa banyak pelaku bisnis kecil dan kreator muda yang bergantung pada medsos. Regulasi harus dirancang dengan mempertimbangkan dampak ekonomi dan sosial.  

Langkah minimal yang dapat dilakukan adalah mendorong transparansi platform medsos dalam menerapkan batas usia. Teknologi verifikasi wajib ditingkatkan, meski perlu waktu dan investasi. Juga peran komunitas dan sekolah sangat krusial. Program seperti Internet Sehat atau workshop orang-tua melek digital bisa menjadi solusi jangka pendek.
 
sumber berita:
bbc 
voi 

12 February 2025

Nikah Beda Agama


 

nik
Nikah

Kisah Junjung dan Fenny, pasangan asal Surabaya yang menikah beda agama, sempat viral di media sosial. Meski Junjung Muslim dan Fenny Kristen, mereka memilih jalan "disatukan" melalui pernikahan dengan saling menghormati keyakinan masing-masing. Cerita mereka, seperti memberikan menggambarkan, harapan sebagian pasangan beda agama di masyarakat Indonesia untuk melegalkan cinta di tengah aturan yang ada. Namun, di balik kisah harmonis ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) justru mengungkap praktik manipulasi aturan nikah beda agama dalam Asia Culture and Food Festival (ACFS) 2024.

Modus Nikah Beda Agama
Laporan MUI, menyoroti maraknya praktik nikah beda agama yang dianggap "mencurangi aturan". Misalnya, pasangan yang mengubah data agama di KTP secara sementara atau menikah di luar negeri untuk menghindari UU Perkawinan No. 1/1974. Aturan ini hanya mengakui pernikahan seagama, sehingga pasangan beda agama seringkali terpaksa mencari celah hukum. MUI menegaskan bahwa praktik semacam ini tidak hanya melanggar hukum negara, tapi juga prinsip agama. Mereka mendorong pemerintah dan DPRD untuk memperketat pengawasan, termasuk revisi aturan yang dinilai ambigu.  
 
Peran Negara  
Di tingkat lokal, beberapa DPRD pernah mengusulkan regulasi khusus untuk mengakomodir nikah beda agama, meski belum ada realisasi konkret. Sementara itu, hukum saat ini tetap berpegang pada UU Perkawinan, meski Mahkamah Konstitusi (MK) pada 2023 menolak judicial review yang mengusung legalisasi nikah beda agama. Ketegangan antara hukum positif dan realita sosial ini menciptakan dilema. Di satu sisi, negara ingin melindungi prinsip agama; di sisi lain, ada tuntutan sebagian masyarakat plural yang menginginkan pengakuan atas hak asasi.  

Rusia: Majelis Ulama yang Lebih Fleksibel  
Menariknya, Majelis Ulama Rusia justru mengeluarkan fatwa yang membolehkan pria Muslim menikah beda agama, asalkan pasangan non-Muslim itu penganut agama samawi (Kristen atau Yahudi). Fatwa ini, menjadi kontras dengan sikap MUI. Meski demikian, keputusan ini tidak lepas dari konteks Rusia yang memiliki populasi Muslim minoritas dan tradisi multikultural lebih panjang. Perbedaan ini menunjukkan bahwa fatwa keagamaan seringkali dipengaruhi kondisi sosial-politik suatu negara.  

Mencari Jalan Tengah 
Kisah Junjung-Fenny dan temuan MUI mengajak kita melihat nikah beda agama dari dua sisi: sebagai aspirasi personal dan tantangan sistemik. Bagi pasangan yang ingin "disatukan", upaya mereka kerap berbenturan dengan aturan yang dipandang kaku. Namun, bagi majelis ulama dan sebagian masyarakat, nikah beda agama dianggap mengancam fondasi keluarga dan keyakinan. Di sinilah peran negara diperlukan untuk membuka ruang dialog inklusif, tanpa mengabaikan prinsip hukum dan agama.  

Pertanyaannya: bisakah Indonesia merumuskan kebijakan yang lebih adaptif, seperti mengakui pernikahan sipil untuk pasangan beda agama? Atau adakah cara untuk meminimalisir "modus" manipulatif tanpa mengorbankan hak warga negara? Jawabannya mungkin terletak pada kolaborasi antara rezim pemerintahan, DPRD, majelis ulama, dan masyarakat untuk mencari solusi yang manusiawi, adil, dan beradab.
 
sumber berita:
mui 

05 February 2025

Menyetrika: Anak Dilatih Merapikan Pakaian


 

men
menyetrika

Di tengah gempuran teknologi digital, mengajarkan anak menyetrika mungkin terkesan tidak penting. Padahal, keterampilan ini melatih banyak aspek penting dalam perkembangan anak. Selain melatih Kemampuan Motorik Halus dan Koordinasi, aktifitas menyetrika adalah melatih otot-otot kecil di tangan dan jari, meningkatkan koordinasi mata dan tangan, serta kesabaran dan ketelitian. Lebih dari itu menyetrika adalah salah satu keterampilan dasar yang berguna sepanjang hidup. Anak akan menghargai pentingnya menjaga penampilan dan merawat pakaian. Ini juga bisa menjadi bekal saat mereka hidup mandiri di masa depan. Anak belajar bertanggung jawab atas kerapian diri dan mengurangi ketergantungan pada orang lain. Ini menumbuhkan rasa percaya diri dan kemandirian.

Memadukan Keterampilan Tradisional dan Digital
Lalu, bagaimana kita bisa menghubungkan keterampilan tradisional seperti menyetrika dengan dunia digital yang akrab bagi anak-anak millenial sekarang? Video Tutorial, Aplikasi Edukasi hingga Membuat Konten Digital adalah beberapa sarana yang telah akrab bagi netizen. Pekerjaan rumah tangga, spt menyetrika, dapat dihadirkan dalam kegiatan anak di dunia maya.

Peran Orang Tua dan Guru
Orang tua dan guru memiliki peran penting dalam mengenalkan dan mengajarkan keterampilan menyetrika kepada anak. Berikan contoh yang baik, ciptakan suasana yang aman dan menyenangkan, serta berikan pujian dan dukungan atas usaha mereka. Ajarkan anak tentang etika digital dan pentingnya berbagi informasi yang benar serta menghormati hak cipta.

Dengan memadukan keterampilan tradisional dan digital, kita dapat membekali anak dengan kemampuan yang lengkap untuk menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di masa depan. Menyetrika bukan hanya soal merapikan pakaian, tapi juga tentang membentuk karakter, kemandirian, dan keterampilan hidup yang berharga.
 
sumber bacaan:

15 January 2025

Insan Terpelajar Indonesia


 

ter
Kebangsaan

Kita perlu memahami bagaimana pendidikan dapat membentuk insan yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga berkarakter dan memiliki rasa kebangsaan yang kuat. Pendidikan yang baik adalah fondasi bagi terbentuknya insan terpelajar yang memiliki rasa kebangsaan. Menurut artikel dari Kumparan, faktor internal seperti nilai-nilai yang diajarkan di sekolah dan di rumah sangat berpengaruh terhadap munculnya rasa kebangsaan di kalangan generasi muda. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang akan membentuk karakter individu. Insan terpelajar harus mampu memahami dan menghargai keberagaman budaya serta sejarah bangsa, sehingga mereka dapat berkontribusi dalam menjaga persatuan dan kesatuan.

Cacat Moral dalam Pendidikan
Namun, tantangan dalam menciptakan insan terpelajar yang berkualitas tidaklah ringan. Artikel dari Antikorupsi.org mengungkapkan bahwa ada cacat moral yang sering kali terjadi di kalangan insan terpelajar, seperti kurangnya integritas dan etika dalam bertindak. Hal ini menunjukkan bahwa pendidikan harus lebih dari sekadar aspek kognitif; pendidikan karakter harus menjadi prioritas utama. Dengan membangun karakter yang baik, insan terpelajar akan lebih mampu menghadapi tantangan moral di masyarakat.

Melompati Benteng Tinggi Pendidikan
Kompas juga menyoroti pentingnya melompati "benteng tinggi" pendidikan yang sering kali menjadi penghalang bagi banyak siswa untuk mencapai potensi terbaik mereka. Sistem pendidikan yang kaku dan kurang fleksibel dapat menghambat kreativitas dan inovasi. Oleh karena itu, penting bagi institusi pendidikan untuk menerapkan pendekatan yang lebih inklusif dan adaptif, sehingga setiap individu dapat berkembang sesuai dengan bakat dan minat mereka.

Insan Terpelajar dalam Masyarakat
Insan terpelajar diharapkan menjadi agen perubahan dalam masyarakat. Mereka harus mampu menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh untuk memecahkan masalah sosial dan memberikan kontribusi positif bagi bangsa. Dengan mengedepankan nilai-nilai kebangsaan, seperti gotong royong dan toleransi, insan terpelajar dapat membantu menciptakan masyarakat yang harmonis dan berkeadilan.Dalam rangka membangun insan terpelajar Indonesia yang berkualitas, pendidikan harus fokus pada pembentukan karakter serta pemahaman akan nilai-nilai kebangsaan. Meskipun terdapat berbagai tantangan, seperti cacat moral dan sistem pendidikan yang kaku, upaya untuk menciptakan generasi muda yang cerdas dan berkarakter tetap harus dilakukan. Dengan demikian, insan terpelajar tidak hanya akan menjadi individu yang sukses secara akademis, tetapi juga menjadi pilar utama dalam pembangunan bangsa Indonesia ke depan.
 
sumber berita:

06 January 2025

Ruang Bermain Ramah Anak


 

rua
Ruang Bermain

Ruang bermain ramah anak (RBRA) menjadi salah satu fokus utama dalam upaya meningkatkan kualitas kehidupan anak di Indonesia. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) telah mendorong standarisasi ruang bermain untuk memastikan bahwa setiap anak memiliki akses ke lingkungan yang aman dan nyaman. Dalam konteks ini, penting untuk memahami bagaimana RBRA dapat berkontribusi terhadap perkembangan anak, terutama dalam mengurangi ketergantungan pada gadget.

Standarisasi Ruang Bermain Ramah Anak
Sejak 2018, KemenPPPA telah melaksanakan proses standarisasi ruang bermain anak menjadi RBRA. Proses ini melibatkan penetapan pedoman yang harus dipenuhi dengan 13 persyaratan dan 100 sub pertanyaan untuk memastikan bahwa ruang bermain memenuhi kriteria keamanan dan kenyamanan bagi anak[1]. RBRA bukan hanya sekadar tempat bermain, tetapi juga merupakan sarana untuk mendukung perkembangan fisik, sosial, dan emosional anak. Deputi Bidang Pemenuhan Hak Anak, Agustina Erni, menekankan bahwa keberadaan RBRA sangat penting untuk membantu anak terhindar dari ketergantungan pada gadget. Penggunaan gadget yang berlebihan dapat berdampak negatif pada kesehatan anak, termasuk masalah penglihatan seperti rabun jauh. Dengan menyediakan ruang bermain yang menarik dan aman, anak-anak dapat lebih aktif bergerak dan berinteraksi dengan teman sebaya mereka.

Ruang Bermain dan Perkembangan Anak
Ruang bermain yang dirancang dengan baik dapat memberikan banyak manfaat bagi perkembangan anak. Beberapa manfaat tersebut meliputi:

  1. Peningkatan Kecerdasan: Aktivitas bermain dapat merangsang kecerdasan intelektual dan pengetahuan anak.
  2. Pengembangan Sosial: Melalui interaksi dengan teman sebaya, anak belajar tentang toleransi dan hubungan sosial.
  3. Kemampuan Motorik: Bermain di luar ruangan membantu mengembangkan keterampilan motorik dan sensorik anak.

Dengan adanya ruang bermain yang ramah anak, diharapkan anak-anak tidak hanya terhindar dari gadget tetapi juga mendapatkan pengalaman belajar yang lebih kaya.

Membangun Kesadaran Masyarakat

Penting bagi masyarakat untuk menyadari peran krusial dari ruang bermain dalam perkembangan anak. Pemerintah daerah diharapkan lebih aktif dalam membangun dan mengembangkan RBRA sesuai dengan standar yang ditetapkan. Hal ini juga sejalan dengan upaya untuk menjadikan setiap daerah sebagai Kota Layak Anak (KLA), di mana fasilitas untuk anak harus memenuhi kriteria kualitas yang baik. Di Balikpapan, misalnya, telah dibangun empat ruang bermain ramah anak sebagai bagian dari upaya mengurangi ketergantungan pada gadget. Inisiatif seperti ini menunjukkan bahwa pemerintah daerah berkomitmen untuk menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan positif bagi anak-anak.

Ruang bermain ramah anak adalah elemen penting dalam menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan optimal bagi generasi muda. Dengan adanya standarisasi dan sertifikasi dari KemenPPPA, diharapkan setiap daerah di Indonesia dapat menyediakan fasilitas bermain yang aman dan berkualitas. Ini bukan hanya tentang menyediakan tempat bermain, tetapi juga tentang membangun masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kita—sebuah langkah menuju masyarakat yang lebih sehat dan produktif.
 
berita: idntimestribunnewsdetik