Ketika Teknologi Memicu Kesepian di Era Konektivitas

10 November 2024

Ketika Teknologi Memicu Kesepian di Era Konektivitas


 

kon
Kesepian Era Konektivitas

Di tengah era digital yang semakin maju, masyarakat Indonesia dihadapkan pada fenomena menarik: meningkatnya tingkat kesepian di tengah dunia yang semakin terhubung. Sebagai negara dengan tingkat penetrasi internet dan media sosial yang tinggi, Indonesia menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat menjadi pedang bermata dua bagi kesehatan mental penggunanya.

Kesepian di Balik Layar
Studi terbaru mengungkapkan fakta mengejutkan: 98% responden di Indonesia melaporkan perasaan kesepian dalam sebulan terakhir ( 5,211 responden). Angka ini menjadi cermin ironis dari kondisi masyarakat yang, meskipun terhubung secara digital, mengalami keterasingan emosional yang signifikan.

Dampak Media Sosial pada Kesehatan Mental
Media sosial, yang awalnya dirancang untuk mendekatkan individu, justru berpotensi memicu kecemasan dan depresi. Indeks Kesopanan Digital Microsoft melaporkan bahwa netizen Indonesia dipersepsikan sebagai yang paling tidak sopan di Asia Tenggara, menciptakan lingkungan online yang berisiko bagi kesehatan mental.

Teknologi dan Kesehatan Mental: Dua Sisi Mata Uang
Sisi Negatif
1. Kecanduan Internet: 25% responden di Indonesia menunjukkan indikasi kecanduan internet, dengan risiko 1,7% lebih tinggi di kalangan pelajar dan mahasiswa.
2. Stres Akibat Teknologi: Penggunaan teknologi yang dipaksakan, terutama selama pandemi COVID-19, telah meningkatkan tingkat stres di kalangan profesional Indonesia.

Sisi Positif
1. Intervensi Kesehatan Mental Digital: Aplikasi literasi kesehatan mental digital seperti IMPeTUs di Jawa menunjukkan potensi dalam meningkatkan kesadaran dan keterampilan manajemen diri terkait kesehatan mental.
2. Layanan Kesehatan Mental Online: Pandemi COVID-19 mempercepat pengembangan layanan kesehatan mental online, menjembatani kesenjangan akses terutama di daerah terpencil.

Keseimbangan Digital
Untuk mengatasi paradoks ini, para ahli merekomendasikan beberapa praktik penggunaan teknologi yang sehat:
1. Detoks Digital: Lakukan istirahat rutin dari perangkat digital untuk mengurangi waktu layar dan mencegah kelelahan mental.
2. Penggunaan Bijak: Tingkatkan kesadaran akan perilaku online dan dampaknya terhadap kesehatan mental, dorong interaksi positif.
3. Gaya Hidup Seimbang: Integrasikan aktivitas fisik dan interaksi sosial offline untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline.

Digital yang Lebih Sehat
Teknologi, seperti pisau bermata dua, memiliki potensi untuk menghubungkan sekaligus mengisolasi. Kuncinya adalah bagaimana kita, sebagai masyarakat Indonesia, dapat memanfaatkan teknologi secara bijak tanpa mengorbankan kesehatan mental dan hubungan interpersonal kita. Dengan memahami dampak teknologi terhadap kesehatan mental dan menerapkan strategi penggunaan yang sehat, kita dapat menciptakan lingkungan digital yang lebih positif dan mendukung. Ingatlah, di balik setiap layar ada manusia yang membutuhkan koneksi nyata dan bermakna. Mari bersama-sama membangun kesadaran akan penggunaan teknologi yang sehat, demi masa depan digital Indonesia yang lebih cerah dan seimbang. Dengan langkah-langkah kecil namun konsisten, kita dapat memanfaatkan teknologi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup, bukan mengisolasi diri dari dunia nyata. Pemaham1 dengan lebih baik tentang hubungan antara teknologi, kesepian, dan kesehatan mental kita sebagai pengguna teknologi. Dengan terus belajar dan beradaptasi, kita dapat menciptakan ekosistem digital yang mendukung kesejahteraan mental seluruh masyarakat Indonesia.
 
bacaan: solvenytimesresearchgate
 

0 comments :

Post a Comment