Whoosh Menjadi Bom Waktu?
![]() |
aset whoosh |
Siapa yang tak bangga melihat kereta cepat Whoosh melaju kencang di antara Jakarta dan Bandung?
Proyek ini memang menjadi simbol kemajuan infrastruktur Indonesia, bahkan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Namun, di balik gemerlapnya, tersimpan masalah besar yang kini ramai diperbincangkan: kerugian alias tekor triliunan rupiah yang membayangi BUMN seperti KAI dan WIKA, serta ancaman “bom waktu” keuangan yang bisa meledak kapan saja jika tak segera diatasi.
Tekor Triliunan: Fakta Kerugian KAI dan WIKA
a. KAI: Dari Laba ke Tekor Akibat Whoosh
PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemimpin konsorsium proyek Whoosh, kini harus menanggung beban kerugian yang tidak main-main. Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, KAI mencatat kerugian hampir Rp1 triliun hanya dari proyek Whoosh. Jika dihitung setahun terakhir, total kerugian KAI dari Whoosh mencapai Rp1,9 triliun, dan selama tahun 2024 saja, kerugian tercatat Rp2,69 triliun.
Kerugian ini terjadi karena pendapatan dari operasional Whoosh sejak Oktober 2023 belum mampu menutupi biaya investasi dan operasional yang sangat besar. Total investasi proyek Whoosh sendiri mencapai US$7,2 miliar (setara Rp116,54 triliun), termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar (Rp19,42 triliun).
b. WIKA: Tekor Bertubi-tubi, Nilai Investasi Menyusut
PT Wijaya Karya (WIKA), sebagai anggota konsorsium, juga mengalami nasib serupa. Pada semester I 2025, WIKA membukukan bagian rugi sebesar Rp542,31 miliar dari entitas ventura bersama PSBI (konsorsium pengelola Whoosh). Akumulasi penurunan nilai investasi WIKA di PSBI mencapai Rp4,32 triliun dibandingkan modal awal yang disetor . Bahkan, secara total, WIKA mencatat rugi bersih Rp1,66 triliun pada semester I 2025, berbalik dari laba pada periode yang sama tahun lalu.
c. Konsorsium PSBI: Beban Bersama, Tekor Bersama
KAI dan WIKA bukan satu-satunya yang tekor. Konsorsium PSBI, yang terdiri dari KAI (58,53%), WIKA (33,36%), Jasa Marga (7,08%), dan PTPN (1,03%), menanggung kerugian bersama karena PSBI memegang 60% saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), operator Whoosh . Kerugian dan utang besar dari proyek Whoosh otomatis membebani keuangan seluruh anggota konsorsium.
Respons dan Kekhawatiran
a. DPR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak tinggal diam.
Mereka menyoroti struktur pengurus dan rencana restrukturisasi entitas yang terlibat, seperti Danantara, sebagai bagian dari upaya penyelamatan dan penyehatan keuangan proyek . DPR menuntut transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan serta pengambilan keputusan strategis terkait kelanjutan Whoosh. Mereka khawatir, jika masalah ini tidak segera diatasi, utang jumbo Whoosh akan menjadi “bom waktu” yang bisa meledak dan menggerogoti keuangan negara .
b. Manajemen KAI
Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, secara terbuka mengakui bahwa beban utang dari proyek Whoosh adalah masalah serius.
Ia menyebut utang jumbo ini sebagai “bom waktu” yang harus segera diselesaikan agar tidak berdampak buruk pada kinerja KAI dan anak usaha lainnya . KAI berkomitmen mencari solusi, mulai dari evaluasi internal, penyusunan roadmap penyelesaian utang, hingga koordinasi dengan Danantara.
Danantara
a. Siapa dan Apa Mandat Danantara?
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) adalah lembaga investasi pemerintah yang baru dibentuk. Mandat utamanya adalah mengelola, menyehatkan, dan mengonsolidasikan aset-aset BUMN strategis, termasuk menyelesaikan masalah keuangan proyek-proyek besar seperti Whoosh.
b. Strategi dan Rencana Danantara
Restrukturisasi Utang:
Danantara berencana melakukan restrukturisasi utang Whoosh, termasuk perubahan skema pembayaran dan pelunasan utang agar tidak hanya menunda masalah, tetapi benar-benar menyelesaikan akar permasalahan.
Penyehatan Keuangan BUMN:
Danantara menargetkan penyehatan keuangan BUMN yang tergabung dalam konsorsium Whoosh, seperti KAI dan WIKA, agar kinerja mereka tidak terganggu oleh beban utang proyek ini. Penyehatan ini bisa meliputi injeksi modal, konsolidasi aset, atau pengambilalihan sebagian aset strategis oleh Danantara.
Proyek ini memang menjadi simbol kemajuan infrastruktur Indonesia, bahkan menjadi kereta cepat pertama di Asia Tenggara. Namun, di balik gemerlapnya, tersimpan masalah besar yang kini ramai diperbincangkan: kerugian alias tekor triliunan rupiah yang membayangi BUMN seperti KAI dan WIKA, serta ancaman “bom waktu” keuangan yang bisa meledak kapan saja jika tak segera diatasi.
Tekor Triliunan: Fakta Kerugian KAI dan WIKA
a. KAI: Dari Laba ke Tekor Akibat Whoosh
PT Kereta Api Indonesia (KAI) sebagai pemimpin konsorsium proyek Whoosh, kini harus menanggung beban kerugian yang tidak main-main. Berdasarkan laporan keuangan semester I 2025, KAI mencatat kerugian hampir Rp1 triliun hanya dari proyek Whoosh. Jika dihitung setahun terakhir, total kerugian KAI dari Whoosh mencapai Rp1,9 triliun, dan selama tahun 2024 saja, kerugian tercatat Rp2,69 triliun.
Kerugian ini terjadi karena pendapatan dari operasional Whoosh sejak Oktober 2023 belum mampu menutupi biaya investasi dan operasional yang sangat besar. Total investasi proyek Whoosh sendiri mencapai US$7,2 miliar (setara Rp116,54 triliun), termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar US$1,2 miliar (Rp19,42 triliun).
b. WIKA: Tekor Bertubi-tubi, Nilai Investasi Menyusut
PT Wijaya Karya (WIKA), sebagai anggota konsorsium, juga mengalami nasib serupa. Pada semester I 2025, WIKA membukukan bagian rugi sebesar Rp542,31 miliar dari entitas ventura bersama PSBI (konsorsium pengelola Whoosh). Akumulasi penurunan nilai investasi WIKA di PSBI mencapai Rp4,32 triliun dibandingkan modal awal yang disetor . Bahkan, secara total, WIKA mencatat rugi bersih Rp1,66 triliun pada semester I 2025, berbalik dari laba pada periode yang sama tahun lalu.
c. Konsorsium PSBI: Beban Bersama, Tekor Bersama
KAI dan WIKA bukan satu-satunya yang tekor. Konsorsium PSBI, yang terdiri dari KAI (58,53%), WIKA (33,36%), Jasa Marga (7,08%), dan PTPN (1,03%), menanggung kerugian bersama karena PSBI memegang 60% saham di PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), operator Whoosh . Kerugian dan utang besar dari proyek Whoosh otomatis membebani keuangan seluruh anggota konsorsium.
Respons dan Kekhawatiran
a. DPR
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak tinggal diam.
Mereka menyoroti struktur pengurus dan rencana restrukturisasi entitas yang terlibat, seperti Danantara, sebagai bagian dari upaya penyelamatan dan penyehatan keuangan proyek . DPR menuntut transparansi dan akuntabilitas dalam pelaporan keuangan serta pengambilan keputusan strategis terkait kelanjutan Whoosh. Mereka khawatir, jika masalah ini tidak segera diatasi, utang jumbo Whoosh akan menjadi “bom waktu” yang bisa meledak dan menggerogoti keuangan negara .
b. Manajemen KAI
Direktur Utama KAI, Bobby Rasyidin, secara terbuka mengakui bahwa beban utang dari proyek Whoosh adalah masalah serius.
Ia menyebut utang jumbo ini sebagai “bom waktu” yang harus segera diselesaikan agar tidak berdampak buruk pada kinerja KAI dan anak usaha lainnya . KAI berkomitmen mencari solusi, mulai dari evaluasi internal, penyusunan roadmap penyelesaian utang, hingga koordinasi dengan Danantara.
Danantara
a. Siapa dan Apa Mandat Danantara?
Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) adalah lembaga investasi pemerintah yang baru dibentuk. Mandat utamanya adalah mengelola, menyehatkan, dan mengonsolidasikan aset-aset BUMN strategis, termasuk menyelesaikan masalah keuangan proyek-proyek besar seperti Whoosh.
b. Strategi dan Rencana Danantara
Restrukturisasi Utang:
Danantara berencana melakukan restrukturisasi utang Whoosh, termasuk perubahan skema pembayaran dan pelunasan utang agar tidak hanya menunda masalah, tetapi benar-benar menyelesaikan akar permasalahan.
Penyehatan Keuangan BUMN:
Danantara menargetkan penyehatan keuangan BUMN yang tergabung dalam konsorsium Whoosh, seperti KAI dan WIKA, agar kinerja mereka tidak terganggu oleh beban utang proyek ini. Penyehatan ini bisa meliputi injeksi modal, konsolidasi aset, atau pengambilalihan sebagian aset strategis oleh Danantara.
Pengambilalihan Aset:
Ada kemungkinan Danantara mengambil alih pengelolaan aset Whoosh, mengingat arus kas proyek yang diproyeksikan defisit hingga 2061. Ini dilakukan agar operasional dan keuangan proyek tetap berkelanjutan.
Koordinasi dengan Stakeholder:
Danantara aktif berkoordinasi dengan Kementerian BUMN, Kementerian Koordinator Perekonomian, dan DPR untuk memastikan setiap langkah mendapat dukungan politik dan regulasi yang memadai.
c. Prinsip Kerja
Danantara menegaskan bahwa solusi yang diambil harus komprehensif, tidak sekadar menunda masalah, dan tidak mengganggu kinerja operasional KAI dan BUMN lain yang terlibat. Transparansi dan akuntabilitas juga menjadi prinsip utama.
Tekor tapi Ada Harapan Potensi Jangka Panjang Whoosh
a. Efek Multiplier Ekonomi
Pembangunan Whoosh menciptakan efek multiplier yang signifikan bagi perekonomian. Lebih dari 13.000 tenaga kerja lokal telah terserap, dan proyek ini mendorong pertumbuhan di sektor konstruksi, teknologi, dan jasa .
b. Peningkatan Daya Saing Nasional
Investasi infrastruktur seperti Whoosh berkontribusi pada kenaikan peringkat daya saing Indonesia secara global. Menurut IMD Global Competitiveness Index 2023, Indonesia naik 10 peringkat, sebagian berkat proyek ini .
c. Dukungan Smart City dan Solusi Berkelanjutan
Whoosh mendukung pengembangan smart city di Jakarta dan Bandung, serta berkontribusi pada target Net Zero Carbon Indonesia 2060 dengan mengurangi emisi karbon .
d. Bisnis Non-Tiket dan TOD
KCIC mengembangkan bisnis non-tiket seperti kawasan bisnis di sekitar stasiun (TOD), yang diharapkan dapat mempercepat break even point (BEP) proyek .
e. Manfaat Sosial: Konektivitas dan Pengurangan Kemacetan
Whoosh meningkatkan konektivitas dan mobilitas masyarakat, mengurangi kemacetan, dan menghemat konsumsi bahan bakar .
f. Optimisme Pemerintah dan Manajemen
Pemerintah dan manajemen KCIC tetap optimis terhadap prospek jangka panjang Whoosh. Tujuan utama proyek ini adalah memberikan pelayanan transportasi massal yang cepat dan efisien pada masa depan, bukan semata-mata soal untung-rugi pada saat ini. Aset nyata yang dimiliki, kereta cepat, merupakan tabungan untuk anak-cucu di masa depan.
sumber berita: kompas-bom, kompas-dpr, kompas-kai, inilah, investor
0 comments :
Post a Comment