20 October 2025

Tak Segan Copot Menteri


 

sat
Presiden Prabowo


Presiden Prabowo Subianto menggambarkann Kabinet Merah Putih yang dipimpinnya seperti tim sepak bola. Presiden menyebut dirinya merupakan manajer-pelatih, menteri/wakil-menteri adalah pemainnya.

Kalau kita ibarat tim sepakbola saya boleh dianggap sebagai manager coach, saudara adalah pemain-pemain. Saudara-saudara ada dalam babak-babak pertama ini, awal-awal kita ada yang striker, ada yang bertahan, ada yang cadangan, masih nunggu kapan diperankan secara maksimal.
(Saat Presiden memimpin sidang kabinet paripurna satu tahun pemerintahan di Istana Negara Jakarta, pada 20 Oktober 2025).


Presiden mengatakan dirinya akan memberikan peringatan sebanyak 3 kali apabila ada menteri yang nakal. Jika tak ada perubahan usai diberi peringatan, Prabowo akan langsung melakukan reshuffle atau perombakan kabinet dan mencopot menteri yang nakal itu.

sumber berita: liputan6

19 October 2025

Hasil Survey : Setahun Kinerja Pemerintah


 

sur
Presiden dan Wakil Presiden

Hasil survei menunjukkan tingkat kepuasan publik kepada kinerja setahun pemerintahan Prabowo-Gibran sebesar 78,1%. Lembaga survei Poltracking Indonesia menggelar survei dalam rangka evaluasi satu tahun kinerja pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. 

Survei Poltracking Indonesia dilakukan pada 3-10 Oktober 2025 yang melibatkan 1.220 responden. Wawancara dilakukan secara tatap muka. Metode sampel menggunakan metode multistage random sampling. Margin of error survei tersebut +- 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Responden ditanya soal penilaian terhadap kinerja pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming saat ini.

sumber berita: detik

17 September 2025

Kehidupan Pribadi Lebih Mendominasi Penggunaan ChatGPT


 

cha
penggunaan non-pekerjaan

Menurut riset OpenAI, model bahasa besar (LLM) belajar dengan cara memprediksi kata berikutnya dalam miliaran data teks. Penelitian ini juga menemukan bahwa model AI berukuran lebih kecil terkadang dapat dengan mudah mengakui tidak memahami suatu pertanyaan. Sementara model besar justru berisiko memberikan jawaban keliru. Bahkan model AI terbaru seperti GPT-5, bisa dengan yakin memberikan informasi yang salah. Alasannya sederhana, yaitu sistem evaluasi dalam pelatihan AI lebih menghargai jawaban salah yang terdengar meyakinkan daripada ketidaktahuan.

Curhat ke AI
CEO OpenAI, Sam Altman (29 Jul 2025):
Kalau kamu bicara ke terapis atau dokter, ada aturan hukum yang melindungi percakapan itu. Namun, hal itu belum diterapkan untuk percakapan dengan AI seperti ChatGPT.

Sam Altman seperti memberikan sinyal dan rambu-bahaya kepada kecenderungan makin membesarnya kegiatan curhat menggunakan teknologi AI. Seseorang di aplikasi chatting menulis : Apakah wajar dan tidak apa-apa lebih memilih bercerita kepada AI seperti chatGPT daripada orang atau manusia asli? Atau, itu hal yang buruk?

AI Bukan Untuk Mencari Ide
Tiga besar penggunaan AI pada 2025 adalah Therapy and Companionship (terapi dan teman curhat), Organize Life (mengatur hidup), dan Find Purpose (mencari tujuan hidup). Data tersebut berasal dari riset di Amerika Serikat yang diterbitkan di Harvard Business Review tahun 2025. AI kini lebih banyak dimanfaatkan untuk curhat, terapi emosional, hingga sarana mencari makna hidup, bukan lagi dominan dipakai untuk menghasilkan ide atau pencarian teknis.

Guru Besar Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Ang Peng Hwa, dalam Information Resilience and Integrity Symposium (IRIS) di UGM, 21 Agustus 2025 :
Apa tujuan hidup saya? Saya tidak mencarinya di Alkitab, tidak mencarinya di Al-Qur’an, melainkan bertanya kepada AI

AI Tidak Didominasi Masalah Pekerjaan
Sebuah makalah yang disusun oleh National Bureau of Economic Research (NBER) bersama peneliti dari OpenAI, Duke University, dan Harvard University itu juga menyebutkan bahwa ada sekitar 700 juta pengguna aktif mingguan ChatGPT di seluruh dunia. Mereka mengirimkan lebih dari 2,5 miliar pesan per hari atau sekitar 29.000 pesan per detik. Jumlah itu pula yang dijadikan salah satu acuan data dalam studi ini.

Makalah ini mengungkapkan bahwa ChatGPT justru lebih sering dipakai untuk untuk membantu kehidupan pribadi pengguna. Percakapan non-pekerjaan pada Juni 2024 adalah sebesar 53 persen dari total percakapan di ChatGPT. Jumlahnya naik menjadi 73 persen pada Juni 2025.

sumber data : kompas-halusinasivivaquorakumparankompas-pribadi

16 September 2025

KChat : Chatbot Made In Indonesia


Lok
peluncuran kchat

Korika Chat, yang merupakan buah kolaborasi antara Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA) dan perusahaan teknologi Datasaur AI, dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan unik pasar Indonesia. Berbeda dengan chatbot AI global lainnya, KChat dibangun dengan pemahaman mendalam terhadap konteks bahasa dan budaya Indonesia. Korika Chat (KChat), sebuah chatbot AI generatif yang sepenuhnya dikembangkan oleh talenta-talenta anak-anak Indonesia.  

Berbasis Bahasa Indonesia
Salah satu keunggulan utama yang ditawarkan KChat adalah kemampuannya untuk berinteraksi menggunakan Bahasa Indonesia formal yang sesuai dengan standar komunikasi di sektor pemerintahan dan korporasi. Hal ini diharapkan dapat mengakselerasi transformasi digital di berbagai layanan publik dan dukungan pelanggan perusahaan. 

Kedaulatan Digital Indonesia
Kehadiran KChat menjadi tonggak penting dalam implementasi Strategi Nasional Kecerdasan Artifisial (Stranas KA) sekaligus menandai upaya memperkuat kedaulatan digital Indonesia. Platform ini dirancang berbasis privacy-first dan open-source sehingga dapat dimanfaatkan oleh BUMN, lembaga publik, perusahaan, hingga UMKM. KChat merupakan simbol kemandirian digital bangsa dan hasil nyata kolaborasi strategis. Kehadiran generative AI lokal ini bisa membantu menghadirkan solusi (alternatif) yang relevan dengan kebutuhan nasional di tengah pesatnya pertumbuhan ekosistem kecerdasan artifisial global.

Rencana ke Depan
KORIKA juga menyiapkan peta jalan pengembangan KChat. Tahun ini mereka akan melengkapinya dengan antarmuka drag-and-drop memungkinkan pengguna tanpa keahlian teknis untuk merancang Agen AI. Tahun depan mereka akan menghadirkan kapabilitas percakapan real-time berbasis teks maupun suara, menjadikannya asisten virtual dengan interaksi lebih natural dan intuitif.

sumber berita: diswaybisnisidntimes
 

15 September 2025

Jumlah Bencana 2025 di Indonesia


 

bnp
bencana alam


BNPB mencatat, dalam rentang waktu 1 Januari 2025 - 15 September 2025, bencana alam berdampak 349 Meninggal, hilang 37, luka-luka 551 dan menungsi/menderita sebanyak 4.863.358.

Data per 8 Juli 2025 pukul 10:07 WIB menunjukkan, banjir menjadi bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Diikuti cuaca ekstrem, longsor, kebakaran pemukiman, serta kebakaran hutan dan lahan. Dari 1 Januari-8 Juli 2025 tercatat ada 3,85 ribu kejadian bencana di Indonesia.

Berikut jumlah kejadian bencana di Indonesia berdasarkan kategori bencana sejak 1 Januari-8 Juli 2025:

    Banjir: 1.490 kejadian
    Cuaca ekstrem: 1.080 kejadian
    Longsor: 731 kejadian
    Kebakaran pemukiman: 263 kejadian
    Kebakaran hutan dan lahan: 205 kejadian
    Gempa bumi: 30 kejadian
    Gelombang pasang/abrasi: 24 kejadian
    Erupsi gunung api: 10 kejadian
    Kekeringan: 6 kejadian
    Epidemi-wabah penyakit: 3 kejadian
    Gagal teknologi: 3 kejadian
    Konflik sosial: 3 kejadian
    Lainnya: 1 kejadian


sumber berita: bnpbkatadata

10 September 2025

Ritel Asing Masuk Indonesia


 

asi
ritel asing

Kedatangan ritel asing ke Indonesia bukanlah baru pertama kali, namun gelombang terbaru yang terjadi pada 2025 ini terasa sangat berbeda. Kali ini, bukan hanya satu atau dua merek, melainkan delapan ritel asing besar yang resmi masuk dan siap meramaikan mal-mal di Jakarta dan kota besar lainnya di tahun 2025. Fenomena ini menimbulkan berbagai reaksi: dari antusiasme konsumen yang menantikan pengalaman belanja baru, hingga kekhawatiran pelaku ritel lokal soal persaingan dan dampak ekonomi jangka panjang.

Antrean Ritel Asing
Tahun 2025 menjadi saksi bagaimana ritel asing dari berbagai negara, terutama Korea Selatan dan China, berlomba-lomba antre masuk ke pasar Indonesia. Mereka tidak hanya membawa konsep toko yang modern, tetapi juga menawarkan produk-produk unik yang belum banyak ditemukan di pasar lokal. Beberapa nama besar seperti Lotte Mart, Miniso, hingga ritel gaya hidup asal Korea dan China, sudah mengumumkan rencana ekspansi besar-besaran.

Mengapa Indonesia begitu menarik bagi ritel asing? Ada beberapa alasan utama:
  • Populasi besar dan kelas menengah yang terus tumbuh. Indonesia adalah pasar ritel terbesar di Asia Tenggara, dengan daya beli yang terus meningkat.
  • Perubahan gaya hidup masyarakat urban yang semakin mengutamakan kenyamanan, variasi produk, dan pengalaman belanja modern.
  • Pertumbuhan pusat perbelanjaan di kota-kota besar, yang menjadi magnet bagi ritel asing untuk membuka cabang dan flagship store mereka.

Tarif Impor
Salah satu isu paling hangat dalam masuknya ritel asing adalah tarif impor. Pemerintah Indonesia baru-baru ini menetapkan tarif impor sebesar 19% untuk sejumlah produk ritel, terutama yang berasal dari luar negeri. Kebijakan ini diambil untuk melindungi industri dalam negeri dari serbuan produk asing yang lebih murah dan seringkali lebih variatif.

Namun, tarif impor ini memiliki dua sisi:
Bagi ritel asing, tarif impor menjadi tantangan tersendiri. Mereka harus menyesuaikan harga jual agar tetap kompetitif di pasar Indonesia. Beberapa ritel bahkan mulai menggandeng produsen lokal untuk memproduksi barang di dalam negeri, demi menghindari beban tarif impor yang tinggi.
Bagi ritel lokal, tarif impor bisa menjadi “tameng” untuk bersaing lebih sehat. Produk lokal diharapkan bisa lebih kompetitif dari sisi harga. Namun, jika ritel asing mampu beradaptasi dengan cepat, misalnya dengan investasi pabrik di Indonesia, maka keunggulan ini bisa saja hilang.

Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), penetapan tarif impor ini justru menjadi sinyal positif bagi investor asing. Mereka melihat adanya kepastian regulasi dan perlindungan pasar, sehingga lebih percaya diri untuk menanamkan modal di Indonesia.

Dampak Masuknya Ritel Asing
Masuknya ritel asing membawa dampak besar bagi ekosistem bisnis ritel di Indonesia. Ada beberapa sisi yang perlu dicermati:

1. Peluang untuk Konsumen
Konsumen jelas diuntungkan dengan hadirnya ritel asing. Mereka bisa menikmati lebih banyak pilihan produk, kualitas yang terjamin, dan pengalaman belanja yang berbeda. Banyak ritel asing juga menawarkan promo menarik dan inovasi layanan, seperti pembayaran digital, loyalty program, hingga konsep toko yang instagramable.

2. Tantangan untuk Ritel Lokal
Bagi pelaku ritel lokal, persaingan semakin ketat. Mereka harus berbenah, meningkatkan kualitas layanan, memperkuat branding, dan berinovasi dalam menghadirkan produk yang relevan dengan kebutuhan pasar. Jika tidak, ritel lokal bisa tergilas oleh kekuatan modal dan teknologi ritel asing.

3. Dampak pada UMKM dan Produsen Lokal
Ritel asing yang cerdas biasanya akan menggandeng UMKM dan produsen lokal untuk mengisi rak-rak toko mereka. Ini bisa menjadi peluang besar bagi pelaku usaha kecil untuk naik kelas dan menembus pasar yang lebih luas. Namun, jika ritel asing lebih memilih impor produk dari negara asal, maka UMKM lokal bisa terpinggirkan.

4. Transformasi Industri Ritel
Masuknya ritel asing juga mendorong transformasi industri ritel nasional. Digitalisasi, efisiensi rantai pasok, hingga adopsi teknologi baru menjadi keharusan agar bisa bersaing. Ritel lokal yang mampu beradaptasi akan tetap bertahan, bahkan bisa tumbuh bersama ritel asing melalui kolaborasi.


Gelombang masuknya ritel asing ke Indonesia, dengan antrean panjang dan tantangan tarif impor, adalah realitas yang tidak bisa dihindari. Bagi konsumen, ini adalah kabar baik karena semakin banyak pilihan dan pengalaman belanja yang menarik. Namun, bagi pelaku ritel lokal, ini adalah alarm untuk segera berbenah dan berinovasi. Bisakah dengan masuknya ritel asing ini akan menjadi peluang untuk belajar, bertransformasi, dan tumbuh bersama. Dengan strategi yang tepat, ritel lokal bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri, bahkan mampu bersaing di pasar global.

sumber berita: kompascnbcbisnis

08 September 2025

Hasil Survei Tentang Penggunaan AI


 

has
hasil survei
 

Di era digital yang semakin berkembang pesat, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) menjadi topik hangat yang tidak hanya menarik perhatian dunia teknologi, tapi juga sektor keuangan dan kepemimpinan di seluruh pelosok dunia. Beberapa survei menunjukkan tren menarik terkait bagaimana AI mulai merambah kehidupan sehari-hari, terutama dalam hal konsultasi keuangan dan pengambilan keputusan di perusahaan. 


Pemimpin Perusahaan di Lingkungan AS: AI Adalah Keharusan
Berdasarkan laporan CAIO PYMNTS Intelligence Agustus 2025, "From Experiment to Imperative: US Product Leaders Bet on Gen AI," mengungkapkan berdasarkan survei di Amerika Serikat mengungkapkan bahwa 98 persen pemimpin perusahaan menganggap adopsi AI sebagai keharusan. Mereka melihat AI sebagai alat strategis untuk meningkatkan efisiensi operasional, inovasi produk, dan daya saing bisnis di pasar global.

AI dan Keuangan: Milenial dan Gen Z (di AS) Percaya Konsultasi ke AI
Dari sebuah survei yang melibatkan 2.011 orang dewasa di AS dan dilakukan pada akhir Agustus hingga awal September 2024. 67% Gen Z dan 62% milenial menggunakan alat AI seperti ChatGPT untuk berbagai keperluan keuangan, mulai dari menabung dan menyusun anggaran (60%), hingga merencanakan investasi dan meningkatkan skor kredit (48%). Disamping juga 98% dari responden Gen Z dan milenial melaporkan pengalaman positif dalam menggunakan AI untuk kebutuhan keuangan mereka.

Realita Penggunaan AI di Indonesia: Masih Banyak yang Belum Memakai
Melalui survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia atau APJII yang baru dirilis pada bulan Agustus 2025.  hanya 27,34% responden yang mengakses teknologi AI. Jumlah itu naik dari 24,72% yang ada pada survei sebelumnya. Dengan demikian, masih ada 72,66% masyarakat Indonesia yang tidak mengakses AI, jumlah itu turun dari 75,28% yang tercatat pada tahun sebelumnya. 

Faktor utama (yang dominan) banyak masyarakat tidak atau enggan menggunakan teknologi AI adalah "Tidak tahu mengenai teknologi AI". 2025 sebanyak 46,56 persen tahun dan sebelumnya 2024: 63,23 persen.

sumber berita: liputan6jawaposkontan